Search This Blog

Cerita Labtek Kembar, Bangunan Ikonik di ITB

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Cerita Labtek Kembar, Bangunan Ikonik di ITB
Jan 22nd 2023, 17:17, by Lauren Marxoni, Lauren Marxoni

Labtek Kembar ITB. Foto: Dokumentasi Pribadi
Labtek Kembar ITB. Foto: Dokumentasi Pribadi

Universitas di Indonesia biasanya berlomba-lomba untuk memiliki desain gedung yang modern untuk menarik perhatian generasi muda. Gedung tinggi dengan fasad kaca dan mengusung konsep sustainable building seakan menjadi template gedung perkuliahan saat ini.

Di tengah kemajuan arsitektur modern, Institut Teknologi Bandung (ITB) tetap memilih untuk mempertahankan bangunan yang telah berdiri selama puluhan tahun. Hal ini menjadikan ITB dikenal oleh masyarakat luas karena memiliki gedung dengan gaya arsitektural yang unik dan menawan lengkap dengan kesan historisnya.

Salah satu bangunan ikonik yang menjadi daya tarik bagi siapapun yang berkunjung ke ITB adalah Labtek Kembar yang terletak mengelilingi kolam Intel (Indonesia Tenggelam). Baik mahasiswa maupun masyarakat luar sering menjadikan Labtek Kembar menjadi background foto untuk setiap jenis kegiatan, baik itu saat penerimaan mahasiswa baru sampai acara wisuda.

Kolom Pilotis pada Lantai Dasar. Foto: Dokumentasi Pribadi
Kolom Pilotis pada Lantai Dasar. Foto: Dokumentasi Pribadi

Tak jarang orang mengatakan bahwa belum lengkap jika ke ITB tetapi belum berfoto di area ini. Empat bangunan identik dengan posisi dua Labtek saling berhadapan, yakni Labtek V dan VII serta Labtek VI dan VIII ini dibangun pada tahun 1993 atas dasar rancangan Eko Purwono, arsitek asal Indonesia. Sedangkan lanskap di sekitar Labtek kembar didesain oleh seorang arsitek asal Jepang.

Labtek Kembar merupakan sebuah bangunan yang dirancang dengan menilik pada arsitektur modern namun tetap menanamkan aspek lokalitas. Modernitas pada Labtek ini dapat dilihat pada penggunaan kolom pilotis di lantai dasar.

Tiang penyangga berupa kolom silinder ini terbuat dari bahan alami berupa batu kali dan rangka besi. Batu kali berfungsi sebagai bahan utama sekaligus plester pelapis pada tiang-tiang penyangga sehingga tidak membutuhkan biaya tambahan untuk pelapis.

Atap Labtek Kembar. Foto: Dokumentasi Pribadi
Atap Labtek Kembar. Foto: Dokumentasi Pribadi

Penggunaan material batu kali sangat mencirikan bangunan ITB yang selalu berusaha untuk mempertahankan lanskap sekitar dengan berbagai jenis tanaman, termasuk juga pada kepala kolom sehingga mampu memberikan suasana yang alami. Pergola kayu pada sisi atas kolom ini didesain untuk menyediakan tempat bagi tumbuhnya tanaman merambat yang sengaja ditanam agar tercipta bentuk kepala kolom dari tanaman.

Labtek kembar memiliki desain atap sangat unik yang terinspirasi dari bentuk atap gedung Aula Barat dan Timur ITB, bangunan pertama di ITB yang dibangun pada tahun 1919-1920. Atapnya menggunakan bahan sirap yang selalu dipertahankan sejak bangunan ini berdiri. Bentuk atap yang curam menjadi bentuk respons Labtek kembar terhadap iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi sehingga air dapat dengan mudah mengalir ke bawah.

Talang yang cukup banyak untuk menampung tingginya volume air hujan disiasati agar tidak mengganggu visual dari Labtek Kembar sehingga seolah-olah menyatu dengan sekur yang dicat berwarna merah crimson.

Talang Labtek Kembar ITB. Foto: Dokumentasi Pribadi
Talang Labtek Kembar ITB. Foto: Dokumentasi Pribadi

Tritisan pada atap gedung ini juga berfungsi untuk mencegah masuknya cahaya matahari secara langsung ke dalam bangunan yang dapat mengganggu aktivitas pembelajaran sekaligus mencegah terjadinya tampias hujan.

Selain dari segi atap, dalam merespon iklim tropis, Labtek Kembar juga didesain dengan selasar di sekeliling bangunan untuk mencegah masuknya cahaya matahari secara langsung ke dalam ruangan yang bisa menyebabkan panas dan silau.

Adanya selasar di sekeliling bangunan Labtek Kembar juga berfungsi sebagai jalur sirkulasi bagi civitas akademika sehingga dapat memungkinkan terciptanya interaksi, sebagaimana yang diinginkan arsitek Eko Purwono ketika merancang bangunan yang menjadi identitas ITB ini.

Selain koridor untuk memicu interaksi mahasiswa, Eko Purwono juga dengan sengaja merancang skybridge yang menjadi penghubung antar masing-masing Labtek pada sisi yang sama. Skybridge tersebut mengarah langsung ke kolam Indonesia Tenggelam, tempat di mana banyak acara fakultas berlangsung, sehingga mahasiswa dapat menikmati keseruan acara melalui jembatan ini dari atas.

Media files:
01gqc0nzax213c1etstcdz2vzj.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar