Aug 5th 2024, 06:14, by Abdul Latif, kumparanBISNIS
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi melaporkan rangkaian (trainset) kereta tanpa rel atau Autonomous Rail Rapid Transit (ART) yang didatangkan dari China, telah tiba di IKN. kabar ini menjadi salah satu berita paling banyak dibaca sepanjang Minggu (4/8).
Tak hanya itu, ada juga berita tentang gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang diprediksi berlanjut di 2024. berikut rangkuman berita populer di kumparanBisnis:
Kereta Tanpa Rel Tiba di IKN
Budi Karya mengatakan, rencananya ART tersebut akan dilakukan uji coba bersama Presiden Joko Widodo pada 5 Agustus 2024. Kemudian, rencana pelaksanaan showcase alias unjuk kerja akan dilaksanakan pada Oktober hingga Desember 2024.
"Selamat datang trem otonom, ART (Autonomous Rail Transit) di IKN Nusantara. Semoga lancar untuk segera dilakukan uji coba," kata Budi dikutip dari unggahan di instagramnya, Minggu (4/8).
Sebelumnya, Budi Karya mengatakan pemerintah mendatangkan total 3 trainset ART untuk mobilitas di IKN, 2 untuk operasional dan 1 untuk cadangan. Dengan total armada itu, waktu tunggu atau headway ART mencapai 5 menit.
"Rolling stock ada 3 rangkaian, 2 rangkaian yang dioperasikan, 1 sebagai cadangan karena rel yang ada kira-kira 7 km dan kecepatannya kira-kira 40-50 km per jam," ungkap Budi.
Gelombang PHK Diprediksi Berlanjut di 2024
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta W. Kamdani, memperkirakan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akan terus berlanjut di 2024. Ia mengatakan industri yang berpotensi melakukan PHK adalah industri padat karya berorientasi ekspor seperti sektor garmen atau tekstil.
"Potensi PHK masih ada, tapi lebih kepada selected industry khususnya industri padat karya berorientasi ekspor seperti sektor garmen yang memang selama ini sudah mengalami tekanan baik dari sisi pasar maupun dari sisi inflasi biaya usaha," kata Shinta kepada kumparan, Minggu (4/8).
Selain itu, Shinta menilai industri manufaktur juga berpotensi melakukan PHK ke karyawan, meski jumlahnya tidak terlalu besar. Di tengah kondisi itu, kemungkinan besar yang terjadi yaitu akan adanya pembekuan perekrutan karyawan baru.
"Untuk industri manufaktur lain sebetulnya resiko PHK-nya tidak terlalu besar, tetapi kemungkinan besar akan terjadi hiring freeze yang berkepanjangan," ujar Shinta.
Shinta memandang industri manufaktur nasional saat ini masih relatif stabil. Namun hingga akhir tahun akan cukup menantang.
"Ini karena resiko inflasi biaya operasi usaha atau capex (efek samping pelemahan nilai tukar) akan tetap tinggi hingga akhir tahun," ungkap Shinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar