Search This Blog

Penjelasan Lengkap Polisi soal Remaja di Padang yang Diduga Tewas Dianiaya

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Penjelasan Lengkap Polisi soal Remaja di Padang yang Diduga Tewas Dianiaya
Jul 1st 2024, 09:18, by Tim kumparan, kumparanNEWS

Kapolda Sumbar Irjen Suharyano memperlihatkan foto para terduga pelaku tawuran saat diamankan di Mapolsek Kuranji, tidak ada Afif Maulana.  Foto: Irwanda/kumparan
Kapolda Sumbar Irjen Suharyano memperlihatkan foto para terduga pelaku tawuran saat diamankan di Mapolsek Kuranji, tidak ada Afif Maulana. Foto: Irwanda/kumparan

Polda Sumbar memberikan klarifikasi terkait tewasnya siswa SMP bernama Afif Maulana di bawah jembatan di Kuranji, Padang. Insiden ini jadi sorotan setelah keluarga dan LBH Padang menemukan sejumlah kejanggalan dan menduga Afif tewas karena disiksa polisi.

Kapolda Sumbar, Irjen Suharyono, membantah tudingan itu. Ia menyebut, Afif tewas karena lompat dari jembatan karena berusaha menghindari polisi yang sedang melakukan razia tawuran remaja.

Kronologi Versi Polisi

Sabtu, 8 Juni 2024, Pukul 21.30-22.30 WIB

Suharyono mengungkap saat di rumah Aditia, Afif sudah diperingatkan untuk tidak usah ikut tawuran. Namun Afif tetap bersikeras dan memaksa diri untuk ikut dan ingin tawuran.

"Jadi ini jangan sampai bias, bahwa mereka pergi ke kondangan (malam itu), mereka hanya jalan-jalan, itu asumsi-asumsi. Kami berbicara secara fakta, karena ada percakapan mereka sudah ingin bertemu dan mempersiapkan itu (tawuran)," kata Suharyono saat konferensi pers, Minggu (30/6).

Minggu, 9 Juni 2024

Pukul 02.00-03.00 WIB

Pihak kepolisian mendapat informasi bahwa akan ada terjadi suatu peristiwa tawuran yang diawali dari kelompok tertentu untuk menyerang kelompok lain. Polisi mendeteksi ada 15 titik kumpul dengan pelaku sebanyak 42 orang.

"7 anggota dari Polresta Padang memberi tahu kepada Polda untuk diberikan kekuatan tambahan karena pelaku calon tawuran begitu banyak," ujar Suharyono.

Saat merazia remaja yang hendak tawuran di Jembatan Kuranji, terjadi kejar-kejaran antara polisi dengan para pelaku. Salah satu di antaranya adalah Afif yang berboncengan dengan Aditia.

"Aditia sudah berulangkali ikut tawuran, sehingga dia profesional memboncengkan Afif," imbuhnya.

Pukul 03.40 WIB

Saat di TKP di Jembatan Kuranji, sepeda motor yang dibawa Aditia yang membonceng Afif terjatuh karena ditendang polisi. Setelah itu, dua polisi yang menendang motor Aditia dan Afif langsung mengejar pelaku lainnya. Saat itulah Afif disebut mengajak Aditia untuk kabur dengan melompat dari jembatan.

"Afif Maulana mengajak lompat. 'Bang kita melompat saja'. Dijawab Aditia, 'jangan lompat, kita menyerahkan diri saja'. Upaya mengajak sudah jelas, upaya ingin melompat sudah jelas, upaya ditolak ajakan itu sudah jelas. Tetapi kita hanya satu tidak ada saksi yang melihat, kapan dia melompat. Kapan dia melakukan niatnya itu. Kapan dia merealisasikan ajakannya itu," sambung Suharyono.

Penyebab Afif Tewas: Patah Tulang Punggung

Kepolisian Daerah Sumatra Barat (Sumbar) bersama Komisi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kompolnas) melakukan rekonstruksi peristiwa yang berkaitan dengan tewasnya siswa SMP bernama Afif Maulana di Kuranji, Padang, provinsi setempat. Foto: Laila Syafarud/ANTARA
Kepolisian Daerah Sumatra Barat (Sumbar) bersama Komisi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kompolnas) melakukan rekonstruksi peristiwa yang berkaitan dengan tewasnya siswa SMP bernama Afif Maulana di Kuranji, Padang, provinsi setempat. Foto: Laila Syafarud/ANTARA

Menurut versi LBH, Afif dan Aditia ditangkap dan dibawa ke Polsek Kuranji oleh polisi. Aditia, menurut mereka, melihat Afif dikelilingi polisi yang memegang rotan sebelum akhirnya ia kehilangan jejak Afif.

Di Polsek Kuranji itulah Aditia dan yang lainnya diinterogasi dan disiksa, lalu dibawa ke Polda Sumbar, dipaksa jalan jongkok dan berguling hingga muntah. Mereka dibebaskan setelah membuat perjanjian tidak akan mengulangi kesalahan. Saat itu, Afif tidak ada.

Keberadaan Afif baru diketahui pukul 11.55 WIB atau sekitar 9 jam setelah razia saat warga menemukan mayat Afif di bawah jembatan. tubuh Afif penuh luka, kepalanya juga berdarah. Inilah yang membuat Afif diduga tewas disiksa polisi.

Namun Suharyono membantah dan menyebut Afif tewas karena mengalami patah tulang punggung hingga menembus paru-parunya. Hal ini, kata Suharyono, terlihat dari hasil visum Afif.

"Kemudian ada patah tulang. Tulang punggung bagian iga kiri belakang nomor satu sampai 6. Itu kemudian dari patahan menusuk paru-paru robek 11 centimeter. Itu penyebab kematiannya," kata Suharyono di Mapolda Sumbar, Minggu (30/6).

Suharyono juga membantah ada lebam karena pemukulan di tubuh Afif. Menurutnya, lebam itu muncul karena Afif mengalami lecet setelah jatuh dari motornya dan karena melompat dari jembatan.

"Kemudian lebam. Jadi sebenarnya disampaikan pihak tertentu sehingga terekspos itu, adalah lebam. Lebam mayat. Lebam mayat muncul karena 9 jam sejak pukul 03.40 sampai 11.55 WIB jenazah ditemukan oleh saksi," tandasnya.

Penjelasan soal Tidak Adanya Rekaman CCTV

TKP jembatan tempat Afif Maulana yang diduga terjatuh saat tawuran. Foto: Irwanda/kumparan
TKP jembatan tempat Afif Maulana yang diduga terjatuh saat tawuran. Foto: Irwanda/kumparan

Suharyono juga menjelaskan soal tidak adanya rekaman CCTV dalam insiden ini. Ia membantah jika ada upaya penghapusan rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian.

"Ini jawaban bukan mengada-ngada. Ini berdasarkan informasi tim ahli yang telah memeriksa CCTV. Kejadiannya tanggal 9 [Juni] itu, kemudian dilaporkan dua minggu kemudian," kata Suharyono.

Suharyono menyebut, pihaknya baru menerima laporan di tanggal 21 Juni 2024 atau 14 hari setelah kejadian. Padahal, kata Suharyono, memori CCTV tersebut hanya bisa menyimpan rekaman 11 hari.

"Kekuatan atau daya simpan dari CCTV hanya 11 hari. Berarti kalau tanggal 9 [Juni], plus hari 11, berarti tanggal 20. Laporan yang masuk tanggal 21, dan tanggal 23 [Juni] membuka CCTV," tutur Suharyono.

CCTV itu, kata Suharyono, baru diperiksa pada tanggal 23 Juni 2024 atau 14 hari setelah insiden razia tawuran di Jembatan Kuranji. Rekaman paling lama yang bisa ditemukan, menurutnya, adalah rekaman CCTV di tanggal 13 Juni.

"[Rekaman paling lama] yang bisa diambil tanggal 13 [Juni], itu hari keempat setelah kejadian. Jadi CCTV tidak rusak. Ada CCTV, tapi daya tampung untuk menyimpan atau DVR hanya 11 hari," tegasnya.

Media files:
01j1mjv31c4f24svpk5m9g4jen.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar