Jun 4th 2024, 18:59, by Sinar Utami, kumparanBISNIS
Wakil Presiden, Ma'ruf Amin berharap Kawasan Perkebunan Tebu Sermayam di Merauke, Papua Selatan, dapat berkembang ke arah yang baik. Bahkan, produksinya ditargetkan sebanyak 2,6 juta.
"Jadi kalau sekarang itu 2,6 juta itu separuh di samping juga etanol, menghasilkan etanol. Sekarang ini tahapnya pada tahap riset, sedang mencari bibit-bibit yang tepat baik dari lokal maupun impor dari Australia," kata Ma'ruf, Selasa (4/6).
Ma'ruf sempat berbincang dengan tim riset di Perkebunan Tebu Sermayam. Tim riset mengungkapkan, dibutuhkan waktu 3-5 tahun untuk bisa menemukan bibit unggul untuk menanam tebu di sana.
"Kenapa dipilih Merauke? Karena ini lebih dekat kepada Australia dan tanahnya luas, cuacanya mirip-mirip Australia dan Australia sudah berhasil mengembangkan pabrik gula, penanaman tebu di sana," ungkapnya.
Ma'ruf bahkan mengungkapkan, rendemen gula di Australia jauh lebih besar daripada Indonesia. Rendemen adalah kadar kandungan gula di dalam tebu yang dinyatakan dengan persen.
"Bahkan rendemennya di sana sudah sampai 11, 12 [persen]. Kita baru sampai di Jawa Timur [rendemen gula] 6 sampai 7 [persen]. Jadi separuh, ya, separuh itu. Jadi makanya kita tekor gitu, lho, rendemennya hanya 6 sampai 7 [persen] padahal di Australia sudah lebih dari 10, di atas 11 sampai 12," ungkapnya.
"Nah, ini salah satu kalau ini berhasil ini akan jadi lumbung mengenai pertanian kita, perkebunan kita salah satunya tebu di samping beras, ya," lanjutnya.
Akan Libatkan Orang Asli Papua di Perkebunan Tebu
Ma'ruf juga memastikan Orang Asli Papua (OAP) akan dilibatkan dalam produksi tebu di Merauke. Ia mengatakan, hal itu sudah diatur dalam perencanaan pembangunan Papua hingga tahun 2041.
"Sehingga bentuk perencanaannya itu mencerminkan budaya lokal sudah ada. Jadi itu sudah melibatkan tokoh-tokoh masyarakat di sini. Jadi kearifan lokal itu sudah masuk di dalam perencanaan pembangunan itu, terutama tentu Orang Asli Papua, ya," ujarnya.
Ma'ruf juga mengatakan, Orang Asli Papua akan mendapatkan pelatihan untuk melakukan riset hingga produksi tebu di sana. Sebab, untuk riset hingga produksi ke depan akan mengandalkan teknologi.
"Semua di-training. Tadi juga saya lihat bagaimana memisahkan [bibit] itu tenaga kita sudah di-training bagaimana memperoleh bibit, bagaimana memindahkan sampai kepada masuk rumah kaca. Jadi itu prosesnya rumit, tapi itu tenaga lokal dari Universitas Musamus. Jadi lokal itu," jelasnya.
"Ini luar biasa di samping aspek ekonomi tapi juga masalah risetnya itu. Jadi anak kita bisa memahami itu dan itu langsung di-training dari orang Australia. Ini saya kira jadi keuntungan kita," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar