Search This Blog

Ibu dan Kasih Sayang Sepanjang Masa

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Ibu dan Kasih Sayang Sepanjang Masa
Jun 12th 2024, 18:39, by Yuhaenida Meilani, Yuhaenida Meilani

Ilustrasi kasih ibu kepada anaknya (Foto: Jupilu/https://pixabay.com/id/)
Ilustrasi kasih ibu kepada anaknya (Foto: Jupilu/https://pixabay.com/id/)

Tahukah kamu, mengapa orang dewasa jarang mengingat kenangan masa kecil mereka? Karena pikirannya sibuk berkembang dengan hal baru, dan otaknya meninggalkan ingatan yang telah lama. Pada akhirnya, kita akan makin melupakan kenangan itu.

Tetapi anehnya, makin berkembangnya pikiran, makin banyak tekanan yang ada. Dan kita akan berpikir untuk bisa kembali ke masa kecil, di mana hanya ada bermain dan bersenang-senang. Andai bisa kembali ke masa itu, aku tidak akan menyia-nyiakannya.

Banyak sekali kenangan yang aku lewati bersama Ibu. Sosok peri di dunia nyata, yang kasihnya tak terhingga. Perjuangan panjang dengan penuh air mata untuk merawat dan membesarkan anaknya terpampang nyata. Kerutan di wajahnya, dan umur Ibu yang kian bertambah tiap tahunnya.

Dari kecil, aku lebih sering menghabiskan waktu bersama Ibu. Ke mana pun aku pergi, Ibu akan siap menemani. Ibu selalu berusaha mewujudkan apa yang aku inginkan. Walaupun ada satu yang sulit didapatkan, yaitu kebebasan.

Ibu selalu memandangku sebagai anak kecil yang akan hilang jika tidak diawasi. Ibu terlalu takut membiarkan aku sendiri. Ibu takut anak kecil ini salah memilih jalan. Kasih sayang itu, membuat aku takut untuk melangkah pergi sendiri.

Anak kecil biasanya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ia akan mencoba berbagai hal, bahkan yang bisa mencelakai dirinya sendiri. Rasa penasarannya membuat orang tua menjadi khawatir, terutama sosok Ibu, yang akan jadi garda terdepan untuk melindungi anaknya.

Ibuku adalah wanita hebat yang sangat pintar. Aku selalu takjub saat mendengar kisah masa sekolahnya. dahulu, belum banyak sekolah yang tersebar seperti sekarang. Karena itu setelah lulus sekolah dasar, Ibu tidak meneruskan jenjang sekolahnya. Ibu memang bukan orang terpelajar yang lulus sarjana, tetapi Ibu memiliki tekad untuk bisa melihat anaknya kuliah dan jadi sarjana.

Walaupun, kadang aku merasa banyak tuntutan dan beragam ekspektasi dari Ibu yang harus diwujudkan. Kadang merasa kesal, karena Ibu banyak melarang. Peraturan yang Ibu berikan, membuatku merasa terkekang. Padahal teman-temanku bisa melakukannya. Perlakuan itu sering disebut strict parents. Dahulu, banyak larangan yang sangat menjengkelkan.

Pada suatu masa yang begitu kental dalam ingatan. Masa di mana aku ingin dengan bebas menikmati uniknya dunia tanpa bayangan hitam pada masa mendatang. Masa di mana aku ingin bermain tanpa harus memusingkan bagaimana nanti caranya pulang.

Sejuta cara aku miliki saat itu, bahkan pada menit-menit terakhir, aku terjebak dalam situasi paling sulit sekali pun. Masa SMA, masa yang mengakhiri status remaja. Karena setelahnya, aku mulai dituntut menjadi sosok dewasa.

Ibu mengabulkan sebuah hal yang ingin aku rasakan sejak dahulu. Yaitu kebebasan. Bebas menentukan pilihan untuk mulai hidup mandiri, untuk lanjut ke perguruan tinggi, dan jauh dari rumah sendiri. Ibu memberikan kebebasan, saat aku sudah mulai beranjak dewasa.

Aku baru sadar bagaimana perjuangan Ibu. Bagaimana ibu mencukupi kebutuhan anaknya di kota. Ibu yang berusaha menyisihkan uangnya agar aku bisa makan enak. Padahal aku tahu, keuangan keluarga tidak selancar dahulu. Ibu yang selalu khawatir jika aku belum mengabari, Ibu yang selalu mendoakan dan mengharapkan keselamatan.

Jauh dari rumah membuat aku merasa rindu. Mempertanyakan bagaimana kabar Ibu di rumah? Bagaimana Ibu menjalani harinya? Kadang Ibu merasa segan mengabari saat sedang sakit. Ibu tidak ingin aku merasa khawatir, dan akhirnya memendam sakit itu sendiri dalam sunyi.

Jika boleh meminta, aku ingin pergi ke masa lalu. Aku ingin sekali lagi menikmati masa kecil bersama Ibu. Masa di mana aku belum merasa khawatir tentang masa depan. Saat kecil, aku hanya memikirkan hari ini akan main apa. Menyenangkan ya?

Ibu seperti sosok peri yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk menjagaku agar tumbuh dengan baik. Aku ingin selalu digenggam tangannya oleh Ibu, ingin menangis dipelukannya, ingin mengucapkan aku sayang kepadamu Ibu. Tapi rasanya aku malu. Hal-hal itu sering aku lakukan saat masa kecil dulu.

Makin dewasa, aku merasa makin malu menunjukkan kasih sayang pada Ibu. Rasanya sudah tidak bisa sebebas dahulu untuk minta dicium Ibu, dan tidak lagi menangis di hadapannya. Baik ibu dan aku, kita terbiasa menyimpan sakit itu masing-masing. Karena pada akhirnya, kita ingin menjaga hati satu sama lain, untuk tetap terlihat baik-baik saja. Padahal, pada kenyataan sedang hancur-hancurnya.

Saat aku sudah mulai sibuk dengan kegiatanku, ternyata ada Ibu yang merasa kesepian. Sang bayi yang dahulu dirawatnya, dijaga dengan penuh kasih sayang, kini harus dilepaskan untuk melanjutkan perjalanan. Saat aku mulai berpamitan, Ibu memberikan senyum manis sambil menangis. Sejujurnya, Ibu belum siap melepas putrinya yang sudah bukan anak-anak lagi.

"Alhamdulillah semuanya bisa terlewati dengan baik. Semoga sekarang dan seterusnya makin sukses dan berprestasi. Ibu selalu bangga, di mana pun kamu berada, semoga selalu dalam lindungan Allah. Jaga diri baik-baik dan jaga kesehatan ya. Ibu sayang kamu."

Aku selalu takut, jika dunia memisahkanku dengan Ibu. Betapa sosok Ibu menjadi tujuan dan alasan untuk tetap bertahan hidup. Aku merasa kehangatannya memberikan semangat untuk bisa menjalani hari. Ibu seperti sosok peri yang siap menerima baik buruknya keadaanku ini.

Di setiap langkahnya, Ibu membuktikan bahwa cinta dan tekad adalah kekuatan yang tak terkalahkan. Ibu selalu menatap langit dengan penuh harap. Ibu tahu bahwa di antara awan gelap, selalu ada sinar yang menunggu untuk menerangi. Di mata Ibu, langit selalu cerah, penuh dengan impian dan harapan. Untukku, dan untuk hari besok yang lebih baik. Bu, hidup lebih lama ya.

Media files:
01j060ya00vj3bn9d856zd88r0.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar