May 22nd 2024, 09:00, by Fajarina Nurin, kumparanWOMAN
Kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT psikis adalah bentuk perilaku kekerasan yang dapat berdampak pada kesehatan mental korban. Contohnya timbulnya rasa takut yang berlebihan hingga menurunnya harga diri serta martabat korban.
KDRT psikis cukup sulit dikenali dibanding KDRT fisik yang meninggalkan memar hingga patah tulang. Selain sulit dibuktikan, korban KDRT psikis kerap tidak menyadari bahwa dirinya mengalami bentuk kekerasan tersebut.
Agar lebih paham tentang pengertian KDRT psikis, bentuk, hingga dampaknya pada korban, simaklah penjelasan lebih lanjut pada uraian berikut.
Pengertian KDRT Psikis
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga pasal 7, pengertian KDRT psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, atau penderitaan psikis berat.
Kasus KDRT psikis di Indonesia lebih banyak menimpa perempuan, meskipun tidak menutup kemungkinan ada bentuk yang dilakukan oleh istri terhadap suami. Menyadur laman resmi Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat, KDRT psikis terjadi jika ada unsur-unsur berikut:
Adanya pernyataan yang dilakukan dengan umpatan, amarah, penghinaan, pelabelan negatif, atau sikap dan gaya tubuh yang merendahkan.
Adanya tindakan yang menekan, mencemooh atau menghina, merendahkan, atau mengontrol korban agar memenuhi tuntutan pelaku.
Akibat dari perlakuan tersebut, korban merasakan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, atau penderitaan fisik yang berat pada seseorang.
Bentuk Kekerasan KDRT Psikis
KDRT psikis dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Menyadur laman Very Well Mind, bentuk KDRT psikis meliputi, intimidasi, paksaan, penindasan, ejekan, penghinaan, penerangan gas, gangguan, isolasi, manipulasi, kontrol, hingga ancaman yang berlebihan. Contoh bentuk KDRT psikis yang terjadi pada pasangan, yaitu:
Selalu ingin tahu apa yang pasangan lakukan, seperti sedang berada di mana dan dengan siapa.
Selalu menghubungi dan memeriksa keberadaan pasangan.
Menginginkan kata sandi ponsel, alamat email, dan akun media sosial untuk melacak aktivitas digital.
Mengendalikan keuangan pasangan.
Selalu cemburu dan sering menuduh pasangan selingkuh.
Membuat keputusan atas nama pasangan tanpa berkonsultasi.
Mencoba menghalangi pasangan bertemu dengan teman dan keluarga.
Membuat pasangan enggan bekerja maupun menghadiri acara sosial.
Selalu marah dan kasar dengan cara yang menakutkan seperti mengumpat hingga mencaci maki.
Mencemooh dan memperlakukan pasangan di depan orang lain.
Mengancam pasangan atau orang lain dengan kekerasan fisik.
Mengancam akan melukai diri sendiri saat kesal dengan pasangan sebagai cara manipulasi.
Tanda-Tanda Seseorang Mengalami KDRT Psikis
Meski KDRT psikis sulit dikenali, ada beberapa tanda yang bisa diamati pada korban yang mengalami kekerasan tersebut. Menyadur laman Hourglass, korban KDRT psikis akan merasa terjebak, terancam, dimanfaatkan, atau kombinasi dari semua hal tersebut.
Sebagian besar tanda korban KDRT psikis berkaitan dengan kondisi kesehatan mental korban dan perubahan perilaku, yaitu:
Merasa tidak berdaya
Ragu-ragu untuk berbicara terbuka kepada orang lain
Selalu merasa kebingungan atau mengalami disorientasi
Marah tanpa sebab yang jelas
Menarik diri dari lingkungan sosial dan tidak responsif
Menghindari orang-orang tertentu karena merasa takut dan gugup
Menjadi lebih pendiam saat ada pasangan
Merasa terburu-buru sepanjang waktu
Selalu membuat alasan atas kata-kata atau perilaku menyakitkan yang diucapkan pasangannya.
Dampak KDRT psikis pada korban lebih menimbulkan bahaya berkepanjangan. Akibat perilaku tersebut, korban KDRT merasakan trauma yang dalam hingga berujung depresi.
Menyadur dari laman center4girls, secara rinci, berikut dampak KDRT psikis terhadap korban:
1. Memiliki Harga Diri yang Rendah
Orang yang mengalami KDRT Psikis mudah mempercayai perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pelaku kekerasan. Korban akan percaya bahwa mereka tak pantas mendapat rasa hormat dari pasangan.
Korban percaya bahwa kekerasan yang terjadi merupakan kesalahan yang mereka lakukan. Akibatnya, korban KDRT merasa malu sehingga sulit untuk membangun hubungan baru bahkan mempercayai teman maupun anggota keluarga.
2. Mengalami Mati Rasa
Beberapa penyintas KDRT psikis akan menutup emosinya dan memutuskan segala hubungan dengan orang lain. Selain itu, mereka mengubah perilaku demi melindungi diri dari kemungkinan kejadian kekerasan lainnya.
3. Merasa Cemas dan Ketakutan yang Berlebihan
Merasa cemas dan ketakutan yang berlebih menjadi salah satu dampak dari KDRT psikis. Akibatnya, korban kesulitan untuk fokus, mengalami gangguan tidur, hingga tak bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti bekerja maupun belajar.
4. Munculnya Gangguan Stres Pasca Trauma
Korban KDRT psikis yang sudah berkepanjangan biasanya akan merasakan gangguan stress pasca trauma atau dikenal post-traumatic stress disorder (PTSD). Itu merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan kilas balik, mimpi buruk, hingga reaksi emosi yang dipicu akan trauma tersebut.
5. Depresi
Salah satu dampak terburuk dari KDRT psikis adalah depresi. Gangguan depresi yang berkepanjangan dapat memunculkan perilaku menyakiti diri sendiri hingga pikiran untuk bunuh diri.
Kiat Menangani KDRT Psikis
Setiap orang yang sedang mengalami KDRT psikis perlu mendapat penanganan yang tepat, mulai dari membangun kesadaran bahwa hubungan tersebut tidak baik hingga meminta pertolongan tenaga profesional demi memulihkan kesehatan mental.
Mengutip laman Healthline, ada beberapa kiat untuk menangani KDRT psikis yang dilakukan pasangan:
1. Segera Tinggalkan Pasangan
Apabila pasangan terus menerus melakukan tindak kekerasan yang mengandung unsur-unsur di atas, segera tinggalkan. Jangan pernah mencoba memperbaikinya. Perlu diketahui, sulit bagi pelaku kekerasan untuk mengubah perilakunya tanpa dukungan profesional.
2. Jangan Menyalahkan Diri Sendiri
Hindari menyalahkan diri sendiri. Sadari bahwa diri Anda tak pantas menerima pelecehan apa pun dari siapa pun. Satu-satunya orang yang bertanggung jawab adalah orang yang melakukan perilaku kasar tersebut.
3. Prioritaskan Kebutuhan
Memenuhi kebutuhan fisik dan emosional dapat membantu korban menetapkan batasan, mencari dukungan, hingga meninggalkan situasi yang melecehkan tersebut.
4. Hindari Selalu Terlibat dengan Pelaku
Jika sudah keluar dari hubungan tak sehat tersebut, hindari untuk terlibat dengan pelaku. Jangan membalas pesan teks, panggilan telepon, maupun email.
Jika kondisi tak memungkinkan, usahakan untuk tetap bersama orang lain dan batasi percakapan hanya pada topik-topik penting.
5. Berikan Waktu Diri Sendiri untuk Pulih
Beri waktu untuk fokus pada kebutuhan dan pemulihan. Dengan fokus pada hal tersebut, korban KDRT dapat menemukan jati diri kembali hingga menciptakan rutinitas baru sebagai langkah dari pemulihan kesehatan mental.
Apabila mengalami atau melihat tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), segera hubungi hotline pengaduan kekerasan pada perempuan dan anak di nomor 129 (telepon) atau 081111129129 (WhatsApp).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar