Search This Blog

Pro Kontra Childfree di Kalangan Masyarakat dalam Perspektif Islam

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Pro Kontra Childfree di Kalangan Masyarakat dalam Perspektif Islam
Jun 26th 2023, 09:59, by pebynti, pebynti

Ilustrasi istri marah dengan suami. Foto: Kmpzzz/Shutterstock
Ilustrasi istri marah dengan suami. Foto: Kmpzzz/Shutterstock

Childfree atau gambaran untuk individu serta pasangan yang tidak menginginkan anak. Mereka secara sukarela memilih untuk tidak memiliki keturunan biologis atau mengadopsi anak. Alasan mengapa seseorang atau pasangan memutuskan untuk tidak memiliki anak tentu sangat beragam, mulai dari tidak adanya kesiapan dalam diri untuk menjadi orang tua, takut akan tidak terpenuhinya kebutuhan sang anak dan lain sebagainya.

Childfree semakin lama semakin berkembang dan terus dikenal di masyarakat, khususnya di masyarakat Indonesia. Namun tentu saja dengan adanya istilah ini menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.

Sebagian masyarakat memilih untuk menerima keputusan childfree tersebut, namun sebagian yang lain justru menolak habis-habisan pasangan atau seseorang yang memiliki keputusan tersebut dengan berbagai alasan, salah satu alasan terbesar para masyarakat menolak keputusan childfree tersebut karena keputusan tersebut dinilai kurang etis dan seakan menolak rezeki pemberian Tuhan.

Childfree dinilai terlalu mengatur-atur Tuhan, karena tidak ingin menerima pemberian dari Tuhan yang berupa anak. Karena hal itu timbul lah beberapa penolakan dari sebagian pihak. Namun, pihak yang lain justru ada yang menilai bahwa childfree juga merupakan suatu pilihan yang terbaik.

Ilustrasi suami istri. Foto: Anutr Yossundara/shutterstock
Ilustrasi suami istri. Foto: Anutr Yossundara/shutterstock

Sebagian pihak berpendapat bahwa keputusan childfree diambil karena mereka belum siap dari berbagai hal. Hal tersebut di antaranya, karena mereka belum atau bahkan tidak siap untuk menjadi orang tua, takut akan ketidakberhasilan mereka dalam mendidik dan membiayai hidup anak-anaknya, serta ada sebagian yang berpendapat bahwa keputusan childfree diambil karena ingin mengurangi populasi di dunia.

Lalu, mari lebih jauh membahas mengenai keputusan seseorang atau individu yang tidak ingin memiliki anak atau lebih dikenal dengan childfree jika dilihat dalam sudut pandang Islam.

Childfree dalam pandangan islam adalah pembahasan yang belum ada kejelasan konsensusnya baik di dalam nash-nash Al Quran maupun di kalangan para Ulama dan cendekiawan Islam.

Dalam Islam, pernikahan umumnya dianggap sebagai lembaga yang membesarkan hati, dan memiliki anak dianggap sebagai salah satu tujuan pernikahan. Dalam Islam pernikahan juga dianggap sebagai ibadah yang paling lama di dalam hidup. Namun, apa sebenarnya hal yang mendasari seseorang untuk memilih tidak memiliki keturunan.

Ilustrasi Ibu baru melahirkan memiliki rasa khawatir. Foto: aslysun/Shuttterstock
Ilustrasi Ibu baru melahirkan memiliki rasa khawatir. Foto: aslysun/Shuttterstock

Mereka yang mendukung keputusan untuk tidak memiliki keturunan atau anak dalam konteks Islam seringkali membuat beberapa argumen.

Beberapa argumen tersebut antara lain kondisi ekonomi yang sulit, kekhawatiran tentang masa depan anak-anak di dunia yang tidak stabil, serta kekhawatiran tentang kemampuan orang tua untuk memberikan pendidikan dan pengasuhan yang baik bagi anak.

Seperti salah satu contoh ialah dari pasangan Gita Savitri dan suami Paulus Partohap yang memutuskan untuk tidak memiliki anak karena rasa ketidakmampuan mereka untuk memiliki anak, mereka mengatakan bahwa:

"Menjadi orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat besar dan kami belum siap akan hal itu."

Namun ada juga yang mengeklaim bahwa memiliki anak adalah kewajiban setiap pasangan suami istri dalam Islam. Pendapat tersebut didukung dengan penjelasan dalam Al Quran surat An-Naḥl ayat 72 yaitu:

"Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?". (QS. An-Naḥl 16: 72)

Dalam surat di atas disebutkan bahwa pernikahan manusia merupakan fitrah. Di mana pernikahan ialah berpasang-pasangan, untuk tujuan melahirkan keturunan yang baik-baik. Mereka percaya bahwa keturunan adalah karunia dari Allah SWT dan merupakan salah satu bentuk ibadah.

Ilustrasi anak dan orang tua.  Foto: Thinkstock
Ilustrasi anak dan orang tua. Foto: Thinkstock

Keturunan atau anak juga bisa menjadi perantara orang tua untuk masuk surga, karena jika kedua orang tua dapat melahirkan dan mendidik anak yang baik dan soleh serta solehah, maka anak tersebut akan menjadi amal jariyah bagi orang tuanya serta dapat membawa kedua orang tuanya ke surganya Allah SWT.

Menurut pandangan ini, pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak tanpa alasan medis yang sah dapat dianggap melanggar kewajiban perkawinannya sebagai orang tua (Fahdillah, 2022)

Sedangkan dalam pandangan Imam Al Ghazali, childfree bukan merupakan perbuatan yang dilarang di dalam Islam, tetapi alangkah lebih baik jika pasangan suami istri dilengkapi dengan seorang anak di dalamnya, sebagaimana dikatakan oleh Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa:

"tujuan pernikahan di antaranya mendapatkan dan melangsungkan keturunan, memenuhi hajat manusia, menyalurkan syahwatnya, menumpahkan kasih sayangnya, memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan, menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung-jawab menjalankan kewajiban dan menerima hak, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang kekal, serta membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tenteram atas dasar cinta dan kasih sayang".

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa menolak keturunan dengan cara 'azl diperbolehkan atau mubah dengan alasan jika manfaat bagi pasangan tersebut lebih besar dibanding madharatnya.

Konsep childfree sendiri bisa dilakukan dengan cara menumpahkan sperma suami diluar rahim istri, cara seperti ini dikenal dengan sebutan 'azl. Tetapi, Imam Al Ghazali hanya memperbolehkan jika pasangan suami istri menolak keturunan dengan cara 'azl (Nugraha, 2023).

Dalam praktiknya, keputusan untuk tetap tidak memiliki anak atau memiliki anak merupakan keputusan pribadi yang harus dipertimbangkan dengan matang oleh pasangan yang bersangkutan.

Pasangan tersebut harus mempertimbangkan nilai-nilai Islam sebagai agama yang dianut dan diyakininya, keadaan pribadi, serta komitmen mereka terhadap calon keturunan mereka (Jalaludin, 2022).

Sebaiknya keputusan-keputusan besar seperti ini juga perlu dibicarakan jauh sebelum adanya pernikahan, karena ini bukan merupakan keputusan yang sepele.

Ilustrasi Al-quran. Foto: Leila Ablyazova/Shutterstock
Ilustrasi Al-quran. Foto: Leila Ablyazova/Shutterstock

Saat menentukan hukum di dalam Islam, yang terbaik adalah berkonsultasi dengan ulama yang memiliki pengetahuan yang diakui atau ulama Islam untuk nasihat yang sesuai dengan situasi masing-masing pasangan.

Karena untuk permasalahan ini, belum ada pembahasan yang jelas serta mendalam baik dari nash-nash Al Quran maupun dari para Ulama besar Islam.

Maka sebaiknya, jika ingin mengambil keputusan ini ialah perlu pendiskusian yang sangat mendalam baik dari pihak keluarga maupun dari pendapat-pendapat Agama.

Media files:
01gner6pqgyvqay8r7h5qnzf05.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar