Feb 28th 2023, 16:46, by Andreas Gerry Tuwo, kumparanNEWS
Hampir 20 tahun usai tergulingnya Saddam Hussein, Irak mencoba bangkit. Presiden Abdul Latif Rashid menyatakan kini negaranya sudah jauh berbeda.
Saat wawancara bersama Associated Press, Rashid mengatakan fokus utama Irak adalah meningkatkan standar hidup warga. Target tersebut siap diwujudkan di tengah berbagai tantangan.
Rashid mencatat tantangan yang mesti dihadapi termasuk konflik Sunni-Syiah hingga serangan ISIS serta kelompok ekstrem lain.
Ia menegaskan, tantangan itu kendati masih ada kondisinya sudah lebih terkendali. Bahkan tanpa ragu, Irak dinyatakannya bukan lagi zona perang dan perdamaian mulai terlihat.
"Perdamaian dan keamanan di seluruh negara, saya sangat senang jika kalian melaporkan ini dan menekankan itu, dibanding memberikan gambaran Irak masih menjadi zona perang, banyak media masih mengabarkan ini," ucap Rashid seperti dikutip dari Associated Press.
Rashid menjelaskan pertempuran skala besar di Irak sebenarnya sudah usai. Hanya pertikaian dan kekerasan skala kecil dan sedang yang masih ada.
Contoh kericuhan termasuk, kerusuhan jelang dirinya terpilih jadi Presiden Irak pada 2021 lalu. Saat itu sembilan rudal ditembakkan ke ke dalam zona hijau Baghdad, yang di dalamnya terdapat gedung parlemen.
Cara yang dipakai Rashid demi menjamin keamanan dan kesejahteraan rakyat Irak adalah menunjuk Perdana Menteri Mohammed Shia al-Sudani yang didukung partai-partai mayoritas.
Dalam pandangan Rashid pemerintahan al-Sudani yang berjalan setahun lebih sukses memelihara keamanan di Irak.
Terkait masih buruknya infrastruktur dan pemberdayaan energi di Irak, Rashid mengatakan itu merupakan imbas perang. Bahkan mangkraknya janji proyek transportasi termasuk metro juga adalah dampak buruk konflik bersenjata.
Dalam wawancara itu, Rashid kembali menyampaikan komitmen memberantas korupsi. Tindak pidana itu adalah permasalahan besar di Irak.
"Saya akui, kami punya masalah besar dan pajang dengan korupsi, tapi pemerintah serius dengan ini (memberantas korupsi)," jelas dia.
Rashid menambahkan, pemerintahannya dan bank sentra sedang mengambil langkah pencegahan, seperti meregulasi aturan transfer uang demi mencegah pencucian uang.
Setuju Invasi AS di Irak
Di samping memastikan mengenai negaranya aman dan upaya mensejahterakan rakyat, Rashid tak ragu membahas invasi Amerika Serikat pada 2003.
Hampir dua dekade lalu, tentara AS masuk ke Irak dan menumbangkan Saddam yang berkuasa dengan tangan besi di Negeri 1001 malam.
Rashid memandang mayoritas warga Irak mendukung invasi di AS. Sebab, Saddam berkuasa sangat otoriter yang mengakibatkan rakyat jatuh ke dalam kondisi sulit.
"Sebagian besar rakyat Irak, termasuk lapisan masyarakat Kurdi, Sunni, Kristen, Syiah mereka melawan Saddam," ujar Rashid.
"Kami mengapresiasi AS dan sekutunya yang menyelamatkan Irak," tegas dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar