Litbang Kompas merilis hasil survei terbaru mereka pada Senin (4/11). Survei yang dirilis hari ini terkait elektabilitas di Pilgub Jateng 2024.
Hasilnya, pasangan yang diusung PDIP Andika Perkasa-Hendrar Prihadi unggul tipis dari pasangan yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus PKB, Gerindra, Golkar, NasDem, PKS, PAN, Demokrat, PSI, dan PPP yakni Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen.
Litbang Kompas membeberkan, elektabilitas Andika-Hendi mencapai 28,8 persen. Sedangkan Luthfi-Gus Yasin sebesar 28,1 persen.
Meski begitu, ada catatan dalam survei ini karena jumlah pemilih yang belum menentukan pilihan masih sangat besar yakni 43,1 persen.
Jumlah pemilih yang belum menentukan pilihan ini menjadi pertanyaan. Apakah kelak mereka akan mengikuti keputusan yang diambil Presiden ke-7 RI Jokowi yang sudah tidak lagi menjabat?
Litbang Kompas mengatakan, dari temuan mereka faktor Jokowi tidak serta merta bisa memberikan dampak elektoral kepada pasangan calon tertentu di Pilgub Jawa Tengah. Malah, pengaruh orang terdekat seperti keluarga yang lebih banyak menjadi pertimbangan.
"Mantan Presiden Jokowi yang sejak 20 Oktober 2024 sudah tidak lagi menjabat, dipersepsikan tidak memiliki pengaruh yang cukup kuat sebagai bahan pertimbangan pemilih menentukan sikap saat pemungutan suara pemilihan gubernur Jateng pada 27 November nanti," kata Litbang Kompas.
Melihat hasil survei, responden cenderung terbelah ketika ditanya apakah dukungan Jokowi kepada salah satu pasangan di Pilgub Jateng akan menjadi pertimbangan mereka menentukan pilihan.
Hasilnya, sebanyak 43,9 persen responden menyatakan akan mempertimbangkan dukungan Jokowi.
"Sikap ini dibayangi oleh sebanyak 42,4 persen responden lainnya yang menyatakan sebaliknya, mereka tidak akan mempertimbangkan dukungan Jokowi. Sisanya, sebanyak 13,7 persen responden menjawab tidak tahu," kata Litbang Kompas.
Isu soal dukungan Jokowi terhadap salah satu pasangan calon ini sebenarnya bukan hal baru. Sejak masih aktif sebagai Presiden, isu berkembang Jokowi memang lebih dekat kepada salah satu pasangan calon, yakni pasangan Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maimoen.
Dilihat dari kelompok responden pemilih kedua paslon di Pilgub Jateng, kondisinya sama-sama terbelah dalam memandang pengaruh Jokowi.
Hanya saja di kelompok pemilih Luthfi-Taj Yasin, cenderung lebih banyak yang mempertimbangkan pengaruh Jokowi dibandingkan di kelompok pemilih Andika Perkasa–Hendrar Prihadi.
"Potensi pengaruh Jokowi memang terlihat lebih terasa ada di kelompok pemilih Luthfi-Taj Yasin. Dari kelompok pemilih ini, separuh lebih dari mereka 50,7 persen mengaku memang mempertimbangkan dukungan Jokowi saat mendukung pasangan Luthfi-Taj Yasin. Sisanya, sebanyak 44,7 persen menyatakan sebaliknya," jelas Litbang Kompas.
Sementara kondisi agak berbeda terlihat di kelompok responden pemilih pasangan Andika-Hendi. Pemilih dari pasangan yang diusung PDI-P ini cenderung lebih banyak tidak mempertimbangkan dukungan Jokowi di pilkada Jateng ini.
"Hal ini disampaikan oleh 52,1 persen bagi dari kelompok pemilih Andika-Hendrar. Sisanya, sebanyak 39,9 persen cenderung mempertimbangkan dukungan Jokowi," kata Litbang Kompas.
Kecenderungan pemilih Andika–Hendrar yang lebih banyak tidak mempertimbangkan pengaruh Jokowi dalam menentukan pilihan di Pilkada Jateng sejalan juga dengan sikap pemilih PDIP.
Litbang Kompas menjelaskan, dari kelompok pemilih partai berlambang kepala banteng mulut putih ini, sebagian besar 48 persen tidak menjadikan sosok Jokowi sebagai pertimbangan menentukan pilihan calon gubernur.
"Sikap ini dibayangi oleh kecenderungan sebanyak 38,9 persen pemilih PDIP yang memang mengaku masih mempertimbangkan pengaruh Jokowi dalam menentukan siapa pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jateng yang dipilih," jelas Litbang Kompas.
Kecenderungan terbelahnya responden menyikapi pengaruh Jokowi dalam memilih di Pilgub Jateng tak lepas dari perilaku pemilih di wilayah ini yang menjadikan anggota keluarga sebagai bahan pertimbangan.
"Hampir seperlima bagian dari total responden menjawab keluarga sebagai faktor yang paling banyak menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan di pilkada," ucap Litbang Kompas.
Litbang Kompas menyebut, sikap ini tampak dari kelompok pemilih Andika-Hendi, Luthfi-Taj Yasin, maupun mereka yang mengaku belum menentukan pilihan (undecided voters). Hal ini makin menegaskan hal yang menjadi pertimbangan pemilih menentukan pilihan politik memang tidak tunggal.
"Pada akhirnya pengaruh Jokowi bisa saja menjadi faktor penentu, tetapi kekuatannya belum bisa untuk memastikan apakah mampu menyumbang elektoral di Pilkada nanti," tutup Litbang Kompas.
Survei Litbang Kompas digelar pada 15-20 Oktober 2024 melalui wawancara tatap muka. Sebanyak 1.000 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di Jawa Tengah.
Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error penelitian + 3,1 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.
Meskipun demikian, kesalahan di luar pemilihan sampel dimungkinkan terjadi. Survei dibiayai sepenuhnya oleh harian Kompas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar