Search This Blog

Clandestine Kembali Menjamur di Indonesia, Polri: Seperti Kembali ke Era 2000-an

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Clandestine Kembali Menjamur di Indonesia, Polri: Seperti Kembali ke Era 2000-an
Jul 12th 2024, 17:57, by Rini Friastuti, kumparanNEWS

Polisi menunjukkan lokasi tempat pembuatan narkoba jaringan Fredy Pratama di Sunter, Jakarta Utara, Senin (8/4/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Polisi menunjukkan lokasi tempat pembuatan narkoba jaringan Fredy Pratama di Sunter, Jakarta Utara, Senin (8/4/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan

Mabes Polri mengungkapkan tren peredaran narkoba di Indonesia seperti kembali ke era tahun 2000-an, lantaran kembali maraknya clandestine lab atau laboratorium rumahan yang memproduksi narkoba.

Dirtipidnarkoba Polri, Brigjen Pol Mukti Juharsa menyebutkan era awal tahun 2000-an adalah masa-masa di mana narkoba diproduksi secara rumahan.

"Memang dari tahun 2000-an yang lebih happening adalah memproduksi atau membuat clandestine lab di daerah Indonesia baik itu ekstasi, maupun sabu," ujar Mukti saat dihubungi wartawan, Jumat (12/7).

Polisi menghadirkan tersangka saat konferensi pers pengungkapan tempat pembuatan narkoba jaringan Fredy Pratama di Sunter, Jakarta Utara, Senin (8/4/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Polisi menghadirkan tersangka saat konferensi pers pengungkapan tempat pembuatan narkoba jaringan Fredy Pratama di Sunter, Jakarta Utara, Senin (8/4/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan

Namun seiring berjalannya waktu, modus seperti itu terendus dan terbaca oleh kepolisian sehingga menghilang dan berubah ke modus lainnya.

Yakni, pengiriman barang narkoba siap edar atau barang jadi melalui jalur-jalur tikus yang tersebar di sejumlah pulau di Indonesia.

"Yaitu sabu berapa puluh ton dikirim ke Indonesia, barang jadi, ekstasi pun barang jadi, melalui pintu-pintu masuk jalur-jalur tikus di wilayah indonesia. Kalau resmikan Soetta, mereka keluar, Aceh, Riau, Batam, Jambi, nanti ujungnya di Lampung, Bakauheni, penyeberangan antara pulau Sumatera dan Jawa. Di Kalimantan pun demikian dari Entikong sampai ke Kaltara, yaitu Sebatik," terang Mukti.

Polisi menunjukkan barang bukti pembuatan narkoba jaringan Fredy Pratama saat konferensi pers di Sunter, Jakarta Utara, Senin (8/4/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Polisi menunjukkan barang bukti pembuatan narkoba jaringan Fredy Pratama saat konferensi pers di Sunter, Jakarta Utara, Senin (8/4/2024). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan

Mukti menjelaskan, modus peredaran barang jadi itu sangat menjamur, sebelum akhirnya jaringan-jaringan gembong narkoba asal Indonesia yang masih diburu polisi-- seperti jaringan gembong narkoba Freddy Pratama-- ditangkap kepolisian.

"Jadi sudah di era itu punah, ubah pola menjadi pengiriman. Sekarang pola pengiriman sudah terdeteksi oleh polisi, jaringan-jaringan FP [Freddy Pratama] sudah terbongkar, wilayah timur dan wilayah barat sehingga itu sudah terbaca lah oleh polisi. Sekarang berubah, dengan modus baru kembali ke awal 2000-an (clandestine lab), cuma caranya berbeda," terangnya.

Mukti menjelaskan, di modus sekarang, clandestine lab ini mendapatkan barang yang akan diproduksinya dalam bentuk bahan kimia dari luar negeri. Baru kemudian diolah menjadi prekursor di clandestine lab tersebut.

Pengungkapan Clandestine Laboratorium (Laboratorium Rahasia/Gelap) Hydroponic Ganja dan Mephedrone Jaringan Hydra Indonesia serta melakukan penangkapan Daftar Pencarian Orang (DPO) Clandestine Laboratorium Narkoba Ekstasi Sunter di Bali. Foto: Dok. Kemenkumham
Pengungkapan Clandestine Laboratorium (Laboratorium Rahasia/Gelap) Hydroponic Ganja dan Mephedrone Jaringan Hydra Indonesia serta melakukan penangkapan Daftar Pencarian Orang (DPO) Clandestine Laboratorium Narkoba Ekstasi Sunter di Bali. Foto: Dok. Kemenkumham

Meski tidak bisa menyebut apa saja barang-barang itu dengan alasan kepentingan pendalaman kepolisan, Mukti mengatakan barang-barang itu kebanyakan dari China.

"Jadi masuknya tidak dalam bentuk prekusor [narkoba], masuknya dalam bentuk bahan-bahan kimia nanti dibikin prekusor atau sebagai bahan baku ekstasi, sabu, sinte (tembakau sintetis) di Indonesia," tambahnya.

"Akhirnya setelah berhasil bicara dengan China, akhirnya China melarang 24 produksi baru yang diekspor, daftar lengkapnya ada berisi 41 cook product yang mereka berbicara sedikit tentang diskusi dengan AS. Jadi Cina sudah melarang barang-barang itu dikirim untuk ekspor. Jadi kita yang buat laporan itu ke sana," sambungnya.

Dittipidnarkoba Bareskrim Polri menggelar konferensi pers pengungkapan clandestine lab ekstasi jaringan Fredy Pratama, di kawasan Sunter, Jakarta Utara, Senin (8/4/2024). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan
Dittipidnarkoba Bareskrim Polri menggelar konferensi pers pengungkapan clandestine lab ekstasi jaringan Fredy Pratama, di kawasan Sunter, Jakarta Utara, Senin (8/4/2024). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan

Mukti mengatakan, hingga bulan Juli 2024, sejumlah clandestine lab telah dibongkar Polri dan berhenti beroperasi. Lokasinya tersebar ada di Jakarta Utara, Semarang, Malang, Sumatera Utara, dan Bali.

"Sudah 40 ribuan [pecandu] direhab di seluruh Indonesia. Kerja sama dengan BNN dan kejaksaan. Di atas 500 miliar barang bukti disita," sebut Mukti.

Polisi pun memastikan akan terus memantau setiap perubahan modus yang dilakukan oleh para pengedar guna menghentikan peredaran narkoba di Indonesia.

"Sekarang Indonesia menjadi king of consumer narkoba, banyak warga kita yang sebagai konsumen narkoba," sebut Mukti.

"Ya, kita belum tahu perubahan mereka nanti seperti apa ya, sekarang mereka sudah mulai kebaca, triknya," tutupnya.

Media files:
01htxy4kfd17qbaa2dx55k615e.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar