Anak dan istri Widya Putra menjadi saksi hidup ngerinya terjangan banjir lahar dingin Gunung Marapi di Nagari Bukik Batabuah, Kabupaten Agam.
Pria berusia 37 tahun itu bercerita, anak dan istrinya sedang berada di rumah saat banjir bandang menghantam pemukiman tempatnya tinggal pada Sabtu (11/5) malam lalu.
Saat itu, Putra memang sedang mengadu nasib di Bandung, Jawa Barat. Namun dari cerita istrinya, dahsyatnya terjangan banjir diawali suara gemuruh.
"Dia dengar bunyi gemuruh dari atas sana, kebetulan dia sempat tersentak waktu ada gemuruh itu," ungkap Putra saat ditemui, Rabu (15/5).
Putra mengatakan, istrinya kala itu langsung mengecek asal suara. Dia membuka jendela rumah. Pemandangan di luar sontak membuatnya terkejut.
"Buka jendela, air udah makin mendekat," ujarnya.
Istri Putra lantas bergegas menggendong anaknya yang masih berusia 5 tahun untuk pergi ke luar rumah.
"Dan kebetulan setelah beberapa detik di pintu datang batu gede, dia di sini menjebol ini, terus sampai menjebol ini," jelas Putra seraya menunjukkan tembok rumahnya yang jebol.
"Alhamdulillahnya (anak dan istri) bertumpu di selokan itu, menyempatkan diri lah dia untuk naik ke selokan tersebut," sambungnya.
Begitu cepatnya bencana terjadi, istri Putra tak sempat menyelamatkan barang-barang berharga miliknya. Seperti perhiasan dan surat-surat penting.
Imbas peristiwa tersebut, Putra dan keluarga terpaksa harus mengungsi. Namun, peristiwa tersebut tak membuatnya punya keinginan untuk pindah rumah.
"Ya harapannya mah adanya penggantian yang setimpal dan tempat tinggal lebih layak. Sementara ini belum ada dapat bayangan itu," kata Putra.
"Ya kalau seandainya uluran bantuan dari pemerintah ya mungkin bertahan di sini aja ya kan. Itu kalau masalah kematian, maut, itu udah ada yang atur," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar