Feb 3rd 2024, 08:07, by Nicha Muslimawati, kumparanBISNIS
PT KAI Commuter (KCI) mengungkapkan alasan impor 3 rangkaian KRL baru dari perusahaan China CRRC Sifang Co., Ltd. Salah satunya karena memenuhi persyaratan dan harga yanglebih murah atau kompetitif dibandingkan produsen KRL Jepang dan Korea Selatan (Korsel).
Corporate Secretary KAI Commuter, Anne Purba, mengatakan pihaknya sebelumnya menerima proposal resmi dari produsen KRL Jepang yaitu J-TREC pada Oktober 2023 lalu. Produsen ini menyampaikan adanya perubahan rekomendasi teknis dan pembiayaan yang diajukan dari proposal sebelumnya.
"Selain terus melakukan komunikasi dengan J-TREC Jepang, KAI Commuter juga melakukan komunikasi ke Korea Selatan (Wojin dan Dawonsys) dan China (CRRC Cifang Qingdao) yang juga memproduksi kereta cepat Whoosh," ujar Anne dalam pernyataan resmi, Jumat (2/2).
Setelah menerima proposal dari keempat pihak tersebut, dari hasil pembahasan proses pengadaan sarana KRL, CCRC Sifang dapat memenuhi spesifikasi teknis dan time delivery yang sesuai dengan persyaratan dan harga yang kompetitif dibandingkan produk lainnya.
Dari sisi reputasi dan rekam jejak, CRRC Sifang sudah bekerja sama dengan 28 negara di dunia dalam menyediakan sarana commuter EMU dengan berbagai kondisi di negara masing-masing pengimpornya.
"Ini juga yang memperkuat KAI Commuter untuk bekerja sama dengan CRRC Sifang. Dalam kerja sama ini, KAI Commuter dan CRRC Sifang juga sepakat untuk melakukan transfer knowledge untuk penanganan operasional ke depan," tutur Anne.
Setelah penandatanganan kontrak kerja sama pengadaan sarana KRL baru antara KAI Commuter dengan CRRC Sifang Co., Ltd, KAI Commuter akan mendatangkan tiga rangkaian sarana KRL dengan Seri KCI-SFC120-V.
Sarana KRL seri KCI-SFC120-V tersebut sudah sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan.
BPKP Siap Audit Impor KRL dari China
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) belum melakukan audit impor 3 rangkaian KRL baru. Deputi Kepala BPKP Bidang Akuntan Negara Sally Salamah, menjelaskan audit yang dilakukan BPKP adalah pada rencana awal impor KRL tersebut awalnya direncanakan akan impor KRL dari Jepang dalam kondisi bekas.
Saat itu, hasil keputusannya adalah impor KRL bekas dari Jepang tidak mendapat rekomendasi dan akhirnya dibatalkan.
"Lalu pertanyaan berikutnya apakah, kenapa dari Jepang lebih murah tapi pilih dari China? Kami belum melakukan audit atau pengawasan atas kegiatan tersebut. Memang dari pihak KCI pada umumnya nanti akan meminta kepada BPKP untuk melakukan pendampingan atau pengawasannya nanti," imbuh Sally saat ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis (1/2).
Saat ditanya apakah importasi KRL baru ini menyalahi rekomendasi BPKP, Selly mengatakan impor sebelumnya tidak mendapat rekomendasi karena KRL yang akan diimpor bekas. Sementara impor KRL baru ini sudah hasil keputusan rapat yang dipimpin Kemenko Marves.
Meski demikian, Sally belum bisa memastikan impor tersebut bermasalah atau tidak. "Belum tahu. Kami belum melakukan evaluasi ataupun auditnya," sambung dia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar