Nov 11th 2023, 14:43, by Angga Sukmawijaya, kumparanBISNIS
Petani memanen padi merah saat panen raya di persawahan Jatiluwih, Tabanan, Bali, Kamis (3/6/2021). Foto: Nyoman Hendra Wibowo/Antara Foto
Badan Pangan Nasional (Bapanas) memprediksi musim panen tahun depan mundur 2 bulan jadi sekitar Mei-Juni 2024 akibat fenomena El Nino membuat musim hujan baru terjadi di November 2023.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menuturkan selama musim kemarau panjang kemarin, pemerintah sampai melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) bersama tim BMKG untuk mengamankan pasokan pangan.
Akhirnya, kata dia, hujan baru mulai turun di November ini. Arief menuturkan, pihaknya sudah mulai mempersiapkan musim tanam 1 yang molor 2 bulan dari seharusnya di September 2023.
"Dengan kemarin Agustus, September, Oktober ini kita belum turun hujan, turun hujannya baru akhir November dan Desember, jadi panen agak mundur," ungkap Arief saat ditemui di kawasan Pupuk Kujang Cikampek, Sabtu (11/11).
Arief menuturkan, pihak Bapanas bertugas menyiapkan stock bridging sampai panen terjadi di sekitar Mei-Juni 2024. Harapannya, tugas tersebut juga didukung oleh PT Pupuk Indonesia (Persero) untuk mengamankan stok pupuk selama masa tanam.
"Ya mundur 2 bulan. Berarti sekitar bulan Mei ya, April Mei Juni gitu ya, mudah-mudahan hasilnya baik. Kuncinya salah satunya pupuk," tutur dia.
Dia memaparkan, 70 persen panen tanaman padi terjadi di masa tanam semester I. Sementara di semester II adalah sisa panen.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dan Dirut Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi di kawasan Pupuk Kujang Cikampek, Sabtu (11/11/2023). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Dengan demikian, dia berharap masa tanam ke depan sukses sehingga tidak perlu impor beras lagi ke Vietnam atau Thailand.
"Kita berdoa mudah-mudahan jadi ekonominya jangan dibina ke Vietnam, ekonominya jangan dipindah ke Thailand, ekonominya ada di Indonesia produksi jauh dari mereka semua lho, dan gap antara kebutuhan konsumsi dan produksi itu yang harus kita tingkatkan," pungkas Arief.
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menargetkan produksi beras dalam menyambut musim hujan tahun ini bisa mencapai 1,5-2 juta ton per bulan.
"Pada hujan turun, kami targetkan kalau bisa minimal bulan ini nanti Oktober 1,5 juta ton, bulan depan minimal 2 juta ton, itu harus dicapai, itu mutlak," kata Amran saat ditemui di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Jumat (27/10).
Ditemui terpisah, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan puncak El Nino terjadi pada September kemarin. Namun, data dari satelit menunjukkan fenomena El Nino masih belum turun di Oktober.
"Jadi puncak ini masih bertahan diprediksi sampai akhir Oktober dan bulan November mulai terjadi transisi dari kemarau ke musim hujan," ujarnya.
Dengan demikian, El Nino diprediksi akan berlangsung sampai akhir tahun 2023 dan melemah di bulan Februari-Maret 2024.
"Dan berakhir di bulan Maret, artinya masih cukup panjang beberapa bulan ke depan. Namun, alhamdulillah karena adanya angin Monsoon dari arah Asia sudah masuk mulai November, jadi kita insyaallah akan mulai turun hujan di bulan November," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar