Oct 20th 2023, 19:45, by Pandangan Jogja Com, Pandangan Jogja
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH), melakukan studi terkait fenomena pengemis online yang marak di media sosial TikTok dalam beberapa tahun terakhir.
Dari penelitian yang mereka lakukan, ternyata ditemukan bahwa cowok atau laki-laki lebih banyak menyumbang atau memberi gift kepada pengemis-pengemis online yang ada di TikTok jika dibandingkan dengan cewek atau perempuan.
"Dari responden yang kami survei, ternyata laki-laki lebih sering memberikan gift atau hadiah kepada para pengemis online di TikTok," kata ketua tim peneliti, Jatayu Bias Cakrawala, yang merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi UGM, saat ditemui pada Jumat (20/10).
Ia menjelaskan bahwa total mereka melakukan survei secara acak kepada 98 orang, di mana 97 persennya mengatakan pernah menyaksikan konten mengemis di Live TikTok. Adapun konten mengemis yang disaksikan adalah konten yang menunjukkan adegan ekstrem untuk mengeksploitasi kemiskinan seperti mandi lumpur, menyiram tubuh dengan air, dan sebagainya.
"Responden kami sebagian besar perempuan, dan terdapat 37 orang yang pernah memberikan gift kepada pembuat konten. 22 orang yang memberikan gift itu adalah laki-laki, dan 15 orang adalah perempuan," jelasnya.
Salah satu peneliti dalam tim tersebut, Alfia Rahma Permatasari, yang merupakan mahasiswa Psikologi UGM, menjelaskan bahwa banyaknya banyaknya laki-laki yang memberikan gift kepada konten-konten mengemis di TikTok karena laki-laki cenderung lebih mudah kasihan atau memiliki empati terhadap kesusahan orang lain yang mereka saksikan.
"Ternyata laki-laki lebih punya empati yang tinggi, mereka lebih gampang kasihan dengan orang lain sehingga berusaha untuk membantu," kata Alfia Rahma Permatasari.
Hal ini didukung oleh sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kartini AM pada 2023 berjudul Peran Kelekatan Anak dan Orang Tua terhadap Empati pada Remaja.
"Dalam studi itu membuktikan bahwa laki-laki memang memiliki empati lebih tinggi yang ternyata menguatkan penelitian kami," ujarnya.
Sebenarnya, tingginya rasa empati pada seseorang menandakan hal yang bagus karena itu menunjukkan kepedulian seseorang terhadap orang lain. Sayangnya, saat ini rasa empati ini sering disalahgunakan oleh orang lain, salah satunya oleh para pengemis online yang malas bekerja secara mandiri tapi ingin mendapatkan penghasilan yang besar.
"Inti dari mengemis ini kan bagaimana mengeksploitasi rasa kasihan orang lain untuk memberikan uang atau materi kepada mereka," ujar Alfia Rahma.
Tim penelitian ini terdiri atas empat orang, selain Jatayu Bias Cakrawala dan Alfia Rahma, juga ada dua peneliti lain yakni Wahida Okta yang merupakan mahasiswa Filsafat UGM, dan Avisena Kemal yang merupakan mahasiswa Teknik Fisika UGM. Selain itu, mereka juga dibimbing oleh salah seorang Dosen UGM, Mashita Phitaloka Fandia.
"Setelah penelitian ini, kita akan melakukan campaign di media sosial untuk stop nyawer, tidak memberikan gift kepada pengemis-pengemis online di media sosial, karena itulah yang akan melanggengkan praktik mengemis online ini," kata Wahida Okta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar