Jun 29th 2023, 17:31, by Ochi Amanaturrosyidah, kumparanNEWS
Polisi menggerebek sebuah rumah kontrakan di Jalan Mirah Delima Raya, Kemayoran, Jakarta, Rabu (28/6). Rumah itu diduga dijadikan klinik aborsi.
Yani, tetangga samping rumah tersebut, mengatakan rumah itu dikontrak empat orang pada April 2023.
"Dua orang kayak pasutri (pasangan suami-istri), dua orang lainnya mbak-mbak. Sudah masuk kok enggak ada syukuran, enggak bawa barang-barang," ucap Yani saat ditemui di rumahnya, Kamis (29/6).
Yani sering melihat orang datang silih berganti. Biasanya yang datang adalah perempuan muda.
"Saya pernah lihat pagi-pagi itu ada perempuan berjilbab keluar tuh naik ke mobil, tapi kok jalannya pelan gitu," katanya.
Anak Yani, Ezra, juga mengaku sering melihat ada pria yang berjaga di teras rumah tetangga. Namun setiap hari, pria yang berjaga di sana berganti-ganti.
Awalnya Yani tak curiga. Ia mengira tetangganya itu punya jasa ekspedisi karena di kaca belakang mobil mereka dipasangi stiker iklan sebuah perusahaan ekspedisi.
Rasa curiganya baru muncul sekitar pertengahan Mei karena ia terus-terusan mendengar suara vakum di rumah tetangganya. Suara bising itu juga ditambah dengan bunyi ketokan yang terdengar jelas dari kamar Ezra yang dindingnya menempel dengan dinding tetangga.
"Bukan kayak mukul ke tembok. Kalau mukul ke tembok kan jelas ya. Ini mukul dari jauh gitu," kata Yani.
Karena suara bising itu, Yani mengaku pernah beberapa kali emosi dan ingin menegur langsung tetangganya. Namun hal itu tak kunjung dilakukan karena tetangganya sering pergi.
"Sampai saya mau lapor ke RT, tapi mereka sudah terlanjur digrebek polisi," ujar Yani.
Janin Disedot Vakum, Dibuang ke Kloset
Praktik klinik aborsi ilegal itu terendus polisi setelah ada kecurigaan dari warga sekitar kontrakan. Menurut Kapolres Jakarta Pusat, Kombes Komarudin, aktivitas di rumah yang baru dihuni 1,5 bulan itu dilakukan dengan sangat tertutup.
"Di tempat ini dan aktivitasnya sangat tertutup, mobilisasi hanya mobil yang datang dan pergi termasuk beberapa wanita yang lebih banyak masuk ke dalam," ujar Komarudin, Kamis (28/6).
"Jadi satu hari itu di dalam mobil bisa 3-4 orang. Jadi dia keliling jemput-antar ke sini, nanti pulangnya diantar lagi," terangnya.
Berdasarkan temuan polisi, prosedur aborsi yang dilakukan oleh pelaku adalah dengan menyedot janin menggunakan vakum. Setelah itu, janin-janin tersebut dibuang ke dalam kloset.
"Di sini hanya alat-alat sedotnya hanya menggunakan vakum. Terus ada beberapa alat suntik juga obat-obatan yang bisa dibeli di apotek dengan bebas. Obat antibiotik, obat anti-nyeri," jelas Komarudin.
Saat digerebek polisi mengamankan tujuh orang. Mereka adalah:
SN: eksekutor (diduga praktik juga di tempat lain dan tak berlatar belakang medis/di KTP tertulis sebagai seorang IRT)
NA: narahubung bagi penyewa jasa dan penjemput pasien.
SM: sopir antarjemput pasien (dibayar Rp 500 ribu per hari)
J, AS, RV dan IT: pasien (saat digerebek, mereka sedang istirahat usai melakukan aborsi)
Dari pengakuan pelaku, sudah ada sekitar 50 pasien yang ditangani di lokasi tersebut. Masing-masing pasien dimintai tarif Rp 2,5 juta-Rp 8 juta tergantung dari usia kandungannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar