May 11th 2023, 20:34, by Ema Fitriyani, kumparanBISNIS
Indonesia merupakan negara dengan kapasitas panas bumi (geothermal) terbesar kedua di dunia. Targetnya, Indonesia dapat menyalip Amerika Serikat (AS) yang saat ini menduduki posisi pertama, tahun 2027 mendatang.
Direktur Utama PT Ormat Geothermal Indonesia, Dion Murdiono, mengatakan dari total kapasitas terpasang panas bumi di dunia sebesar 16,1 gigawatt (GW), kontribusi Indonesia sebesar 2,35 GW atau 10 persen, sementara AS sebesar 3,79 GW.
Kemudian, posisi ketiga negara dengan kapasitas panas bumi terbesar yakni Filipina dengan 1,93 GW, Turki sebesar 1,68 GW, dan Selandia Baru dengan kapasitas sekitar 1 GW.
"Tapi yang menarik adalah berapa penambahannya. Dalam 12 tahun terakhir, Turki menambah 1,4 GW, Indonesia menambah 1,1 GW, AS yang sudah juara ternyata hanya menambah 0,5 GW, di mana memiliki power plant yang cukup banyak," jelas dia saat peluncuran IIGCE 2023, Kamis (11/5).
Dion menjelaskan alasan mengapa penambahan kapasitas panas bumi Turki melesat tajam dalam 12 tahun terakhir yakni lantaran mencanangkan feed in tariff berdasarkan local content dalam 2-3 tahun terakhir.
"Turki sudah berhentikan feed in tariff ini sehingga kemajuan penambahan kapasitasnya sangat kecil," tutur Dion.
Dia menilai, hal tersebut menjadi harapan bagi Indonesia menjadi satu-satunya negara yang punya potensi penambahan kapasitas panas bumi lebih cepat dari negara lain. Sejak tahun 1980-an Indonesia menambah rata-rata 60 MW per tahun.
"Di 12 tahun terakhir Indonesia menambah 100 MW per tahun. Kita harap bahwa atas dorongan dan support dari pemerintah kita bisa menyusul AS di tahun 2027-2028," tegas Dion.
Dion menambahkan, target tersebut dapat tercapai apabila Indonesia tetap konsisten untuk menambah kapasitas panas bumi secepat mungkin dari sumber daya (resources) yang sudah ada, sehingga tidak perlu melakukan pemboran.
"Kami perkirakan kita memiliki 400-500 MW ready to build, itu dengan cara mengoptimalkan power plant yang sudah ada," sambungnya.
Dengan demikian, menurut dia, jika pemerintah dan para operator bisa mengoptimalkan sumber daya yang sudah ada tanpa pemboran atau eksplorasi baru, penambahan kapasitas hingga 500 MW bisa tercapai hanya dalam 2 tahun.
"Jangka panjangnya tentunya adalah kita mulai eksplorasi resources yang sangat banyak di Indonesia yang low dan medium temperatur. Kementerian ESDM sedang membuka tender pertama kali untuk low dan medium," pungkas Dion.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar