Mar 29th 2023, 13:23, by Wisnu Prasetiyo, Wisnu Prasetiyo
Hokky Caraka—striker andalan Timnas Indonesia U-20—begitu emosional, Selasa (28/3) malam, di Stadion Patriot, Bekasi. Kata-katanya, setidaknya bagi saya, tulus dan natural.
"Pak Erick Thohir, kami sudah latihan keras untuk persiapan. Saya yakin Bapak bisa menjaga mimpi kami," katanya kepada sang Ketum PSSI yang baru saja tiba di Swiss untuk bertemu FIFA.
Erick pun langsung memeluk erat Hokky. Anak Bantul yang sejak kecil menghidupi keluarga lewat sepak bola.
Mata pemain jebolan Garuda Select itu tak bisa bohong. Ada kegusaran, ada kegamangan, tentu ada kesedihan yang membayangi bila Timnas Indonesia gagal main di Piala Dunia di Indonesia.
Achmad Maulana, metronom jangkung Timnas Indonesia, juga mengutarakan isi hatinya. Pemain kreatif ini merasa mimpinya direnggut mereka yang menolak Timnas U-20 Israel tanpa solusi.
Sekadar teriak-teriak menolak dengan embel-embel sejarah, tanpa melihat sisi lain.
"Perjuangkan Palestina tak harus mengubur mimpi anak bangsa," kata pemain bernomor punggung 12 itu.
Saya begitu yakin, masyarakat Palestina tidak akan kecewa bila Indonesia taat aturan dan mengizinkan anak-anak muda Israel mentas di Piala Dunia.
Seperti yang disampaikan Dubes Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al Shun. Ia tak menunjukkan rasa kecil hatinya bila Indonesia sebagai tuan rumah bersikap mengikuti aturan FIFA.
"Kita tahu bahwa masing-masing federasi di dunia ini memiliki aturan-aturannya sendiri. Termasuk FIFA dalam kaitan ini kita tahu bahwa Indonesia telah berhasil memenangkan bidding sebagai tuan rumah piala dunia U20," jelas Al-Shun dalam keterangannya.
Tahukah kalian yang menolak perjuangan Hokky Caraka untuk bisa sukses di sepak bola?
Pemain PSS Sleman itu berjuang menapaki kariernya dengan kaki tertatih. Pinjam sepatu, menahan lapar, sudah dilaluinya.
"Saya harus lewati perjalanan 60 km, baik pergi dan pulang setiap hari. Kadang pagi berangkat subuh jam dua, kadang tak makan di jalan. Saya sering berangkat jam 02.00 WIB dan 04.00 WIB," tutur Hokky Caraka dikutip dari Youtube PSSI.
"Sering juga pinjam sepatu atau peralatan gitu karena ekonomi kami (keluarga) susah. Dengan semua itu membuat saya makin termotivasi," lanjutnya kemudian.
Bukankah main di Piala Dunia U-20 bisa menjadi salah satu tangga sukses Hokky dan anak-anak lainnya di masa depan? Apakah mereka yang sekadar menolak tanpa solusi tahu ini?
Sedikit saya jelaskan.
Yang menolak pasti tahu Lionel Messi. The G.O.A.T.
Selain di Barcelona, pertama kali La Pulga dikenal dunia adalah saat beraksi di Piala Dunia U-20 tahun 2005.
Aksi kelak-keloknya jadi buah bibir juga lewat ajang itu. Messi pun juara dunia di usia ini dulu baru 17 tahun kemudian juara dunia di level senior.
Pedri. Gelandang serba bisa Spanyol juga memukau dunia lewat aksinya di kompetisi sejenis. Nama-nama beken lainnya juga mencuri perhatian scout talent lewat sini.
Kalau Hokky, Maulana, Daffa Fasya, dan kawan-kawan tampil menonjol, sangat mungkin ia dilirik pencari bakat dunia.
Masa kalian enggak peduli dan enggak pengin lihat akan ada Marselino Ferdinan baru yang talentanya diakui dunia dan sudah main di Eropa?
Mereka yang bekerja keras demi mimpi-mimpi itu sejak 2 tahun terakhir tiba-tiba harus menangis karena gagal mentas.
Ini hanya 1 sisi. Tapi efeknya begitu mendalam. Ingat, pemain muda ini tak semuanya dapat kesempatan di level klub.
Klub di Liga Indonesia itu mayoritas mengejar prestasi, bukan pembibitan dan pembinaan. Persib dan Persija mungkin 2 contoh paling mudah disebut sebagai klub yang sukses. Tapi yang lain?
Kalian yang gemar Liga 1 tentu jarang melihat pemain U-20 jadi skuat utama. Di Timnas Indonesia, di Piala Dunia, setidaknya mereka bisa menunjukkan buah kerja keras latihan.
Drawing di Bali sudah batal. Presiden Jokowi bilang, sih, semua harus berjuang agar Piala Dunia tetap digelar di Sumatera hingga Bali.
Erick pun sudah tiba di markas besar FIFA untuk bicara solusi. Tetap bersikap tegas soal tak ada hubungan diplomatik terhadap Israel karena Palestina, tapi tetap menyelamatkan mimpi anak bangsa.
Kita tidak akan pernah menerima Israel. Kita akan selalu terdepan dalam mengawal kemerdekaan Palestina.
Betapa banyak rakyat Palestina syahid karena berjuang melawan Israel. Kita tahu itu. Kita tidak sedang mengakui atau menari di atas penderitaan mereka.
Masih ada aksi-aksi lain yang bisa kita lanjutkan saat Piala Dunia nanti dihelat. Bentangkan spanduk raksasa Palestina di GBK, selebrasi dengan memegang bendera Palestina, bahkan bisa saja kita manfaatkan ini untuk menunjukkan ke dunia bahwa Palestina harus merdeka.
Segala ancaman, segala risiko harus ditanggung bersama. Termasuk ancaman keamanan dan lain-lain pemerintah harus siap.
Pemerintah harus mengawal ini demi bisa menjadi tuan rumah event olahraga yang lebih besar. Kalau untuk kelompok umur saja gagal, bagaimana bisa jadi tuan rumah Olimpiade atau Piala Dunia sesungguhnya?
Poinnya, jangan cuma teriak-teriak menolak. Poinnya sesuai yang kalian mungkin singgung soal Alinea Pertama UU 1945
"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."
Bukankah merenggut mimpi anak bangsa juga tak berperikemanusiaan dan berperikeadilan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar