Sejumlah pedagang yang berada di kawasan Malioboro yakni di Teras Malioboro 1 dan 2 kini mengeluhkan adanya penurunan omzet secara drastis usai direlokasi oleh Pemerintah Daerah DIY pada 1 Februari 2022 lalu.
Hal ini disampaikan Ketua Paguyuban Pedagang Teras Malioboro 2 dalam forum audiensi bersama DPRD DIY, pada Selasa (28/2/2023). Supriyati mengatakan sebanyak 700 pedagang mengalami penurunan omzet penjualan usai satu tahun berjualan di lokasi yang baru.
Adapun posisi lapak yang diberikan Pemerintah itu sulit dijangkau oleh para pengunjung bahkan jarang dilewati karena posisinya yang tidak strategis. Alhasil menimbulkan ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi para pedagang setempat.
"Dari 1041 ada 700 pedagang yang mengalami penurunan omzet itu (padahal) masih terlihat dari Malioboro, apalagi nanti kalau dipindahkan lagi (di daerah yang tidak terlihat)," kata Ketua Paguyuban Pedagang Teras Malioboro 2, Supriyati saat audiensi di Kantor DPRD DIY, Selasa (28/2/2023).
Supriyati menyebut wacana Pemerintah Daerah DIY yang akan kembali memindahkan para pedagang di Teras Malioboro 2 itu menjadi ketakutan tersendiri bagi mereka.
Sementara relokasi kedua itu rencananya bakal bergulir pada 2024 mendatang dan merupakan dampak dari pekerjaan Jogja Planning Galery (JPG).
Mewakili pedagang lainnya, Supriyati menolak apabila akan di relokasi kembali, pasalnya mereka mempertimbangkan lokasi yang saat ini terlihat di kawasan Malioboro saja tidak mumpuni untuk mendongkrak perekonomiannya apalagi jika direlokasi di kawasan Kampung Ketandan, yang letaknya agak menjorok ke dalam.
Berbeda dengan sebelumnya, pengunjung dapat dengan leluasa menemukan pedagang tanpa adanya kesulitan.
"Teman-teman pedagang ini risau, gundah juga karena di Teras (Malioboro) 2 yang masih kelihatan dari Jalan Malioboro saja seperti ini apalagi nanti kalau di istilahnya (dipindahkan) tempatnya sembunyi," jelasnya.
Lebih lanjut, Supriyati meminta agar Pemerintah dapat mempertimbangkan relokasi kedua itu. Jika memang harus dipindahkan, ia meminta agar pergerakan wisatawan mulai masuk hingga keluar diatur.
Dengan begitu, semua lapak pedagang yang ada di kawasan Malioboro mendapatkan kesempatan yang sama untuk dilewati dan pengunjung melihat-lihat barang dagangan mereka.
Menanggapi keluhan tersebut, Kepala Dinkop UKM DIY Srie Nurkyatsiwi meminta kerja sama dari para pedagang di Teras Malioboro itu. Pasalnya yang memiliki kewenangan pemindahan lokasi tersebut adalah Pemerintah Daerah DIY karena akan dibangun Jogja Planning Gallery yang memiliki tujuan lebih penting.
Terkait wacana relokasi itu, pihaknya berupaya untuk mendapatkan lahan yang strategis sehingga nantinya pedagang dapat memperoleh tempat baru yang lebih baik.
"Kita coba tembuskan (keluhannya), kami mohon doa restu bapak ibu moga-moga ada lahan yang toko di depan itu bisa kita beli untuk apa? untuk bisa jalan (dagangnya) seperti apa yang ada di teras Malioboro 1," kata Kepala Dinkop UKM DIY Srie Nurkyatsiwi.
Meski begitu, Siwi juga meminta para pedagang agar keluar dari zona nyamannya. Menurutnya, kemudahan teknologi yang ada dapat dimanfaatkan untuk memasarkan produk-produknya secara online.
Sementara Ketua Komisi B DPRD DIY, Andriana Wulandari juga akan mengkawal persoalan tersebut. Ia berujar bakal menemukan solusi terbaik bagi pedagang di Teras Malioboro 2 terkait relokasi tersebut.
"Ini adalah sesuatu hal yang memang tidak mungkin yang namanya bisa memuaskan semuanya yang jelas ada hal-hal win-win solution," kata Ketua Komisi B DPRD DIY, Andriana Wulandari.
"Kita kawal bersama untuk bagaimana perbaikan kesejahteraan masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta ini melalui wakil-wakil panjenengan (juga) melalui Pemda DIY," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar