Search This Blog

Pegiat Konservasi Bakal ‘Bom’ Tikus Pemakan Burung Albatros di Pulau Marion

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Pegiat Konservasi Bakal 'Bom' Tikus Pemakan Burung Albatros di Pulau Marion
Sep 2nd 2024, 08:02, by Habib Allbi Ferdian, kumparanSAINS

Burung albatros laysan bernama Wisdom. Ia merupakan burung tertua di dunia. Foto: John Klavitter/U. S. Fish and Wildlife Service
Burung albatros laysan bernama Wisdom. Ia merupakan burung tertua di dunia. Foto: John Klavitter/U. S. Fish and Wildlife Service

Para pegiat konservasi telah menemukan solusi ampuh untuk membasmi tikus invasif pemakan burung albatros di sebuah pulau terpencil di Samudra Hindia. Caranya adalah dengan 'mengebom' tikus-tikus tersebut.

Populasi tikus di Pulau Marion yang berada antara Afrika Selatan dan Antartika telah menimbulkan malapetaka selama beberapa dekade terakhir. Tikus itu dibawa manusia ke Pulau Marion secara tidak sengaja pada abad ke-19. Sejak saat itu, hewan pengerat tersebut mulai gemar berburu dan makan burung albatros (Diomedea axulans). Tikus-tikus itu juga terkadang makan burung laut lain yang terancam punah.

Mouse-Free Project, sebuah kolaborasi antara pemerintah Afrika Selatan dan BirdLife Afrika Selatan, berupaya mengumpulkan dana sebesar 29 juta dolar AS untuk menjatuhkan 660 ton 'bom rodentisida' yang dicampur rodentisida ke Pulau Marion pada musim dingin 2027. Rodentisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh tikus. Produk ini hadir dalam bentuk pelet atau potongan umpan.

Nantinya, tim konservasi akan mengirim satu regu helikopter untuk menjatuhkan bom rodentisida. Serangan ini akan berlangsung pada musim dingin karena pada saat itu tikus sedang kelaparan. Para konservasionis berharap dapat membasmi seluruh populasi tikus yang jumlahnya diperkirakan mencapai 1 juta ekor.

"Kita harus menyingkirkan semua tikus yang tersisa," ujar Mark Anderson, CEO BirdLife Afrika Selatan, kepada AFP.

Jika ada tikus jantan dan betina yang tersisa, mereka bisa berkembang biak dan akhirnya akan mengembalikan ke situasi yang sama seperti saat ini. - Mark Anderson, CEO BirdLife Afrika Selatan -
Seekor tikus terlihat di sebelah kantong sampah di distrik Kabukicho, Tokyo, Jepang. Foto: REUTERS / Issei Kato
Seekor tikus terlihat di sebelah kantong sampah di distrik Kabukicho, Tokyo, Jepang. Foto: REUTERS / Issei Kato

Tikus rumah (Mus musculus) pertama kali tiba di Pulau Marion melalui kapal manusia. Mereka mulai melakukan teror dengan memusnahkan invertebrata di pulau tersebut, termasuk memangsa telur burung laut.

Pada 2003, tikus-tikus itu mulai memakan anak burung laut hidup-hidup, dan sekarang satu dekade kemudian, tikus sadar bahwa mereka juga bisa memangsa burung dewasa.

Para peneliti menemukan bangkai 8 burung albatros dewasa pada April 2023. Burung-burung tersebut memiliki luka dalam yang mengindikasikan adanya serangan tikus pada beberapa bagian tubuh mereka. Burung kemudian mati karena infeksi sekunder atau kelaparan. Sejak saat itu, laporan demi laporan kematian burung laut dewasa oleh tikus terus meningkat.

Tikus hanya memanjat dan memakan mereka (burung laut) secara perlahan hingga mereka mati. Kita kehilangan ratusan ribu burung laut setiap tahun akibat tikus. - Mark Anderson, CEO BirdLife Afrika Selatan -

Burung albatros tak bisa melawan tikus karena mereka tidak berevolusi untuk menangani predator darat. Mereka menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut.

Sebelum tikus dan manusia datang ke Pulau Marion, burung albatros sebenarnya bisa bertelur dan berkembang biak dengan aman di Marion karena lokasinya yang terisolasi.

Karena burung tidak berevolusi untuk menangani predator darat, maka mereka tidak memiliki mekanisme pertahanan yang bisa digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan predator macam tikus.

Para pegiat konservasi sebenarnya sudah melakukan upaya untuk mengurangi jumlah tikus invasif di Pulau Marion, salah satunya dengan menghadirkan kucing. Namun, upaya ini memiliki konsekuensi yang besar. Ini terjadi ketika para peneliti membawa lima ekor kucing ke stasiun meteorologi Pulau Marion pada 1948, tapi kucing dan keturunannya menjadi liar dan memburu burung laut serta tikus.

Kucing liar itu berkembang biak dan menyebar di seluruh pulau hingga membunuh sekitar 455.000 burung per tahun pada 1970-an. Para peneliti berhasil membasmi seluruh kucing pada 1991.

Strategi baru dengan menjatuhkan 'bom rodentisida' di Pulau Marion dianggap hanya akan membunuh tikus saja, karena cara ini tidak akan memengaruhi invertebrata asli Pulau Marion dan burung laut yang biasanya mencari makan di laut.

Media files:
uycjnoafkxhx722dapaw.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar