Search This Blog

Kisah di Balik Game Potion Permit Buatan RI: Terinspirasi Mantan Pacar Dokter

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Kisah di Balik Game Potion Permit Buatan RI: Terinspirasi Mantan Pacar Dokter
Aug 9th 2024, 20:18, by Muhammad Fikrie, kumparanTECH

Game Potion Permit buatan MassHive Media, pengembang game asal Bandung, Indonesia. Foto: Apple
Game Potion Permit buatan MassHive Media, pengembang game asal Bandung, Indonesia. Foto: Apple

Potion Permit tidak seperti game bergenre life simulation (simulasi kehidupan) pada umumnya. Jika tokoh utama game simulasi kehidupan biasanya petani, Potion Permit justru menyodorkan protagonis seorang peramu ramuan penyembuhan ala dokter di Abad Pertengahan.

Selayaknya seorang ahli alkimia, pemain diminta dapat menyembuhkan beragam penyakit yamg dialami warga Moonbury, kota di dalam game Potion Permit. Tidak ada unsur bercocok tanam macam Stardew Valley, Story of Seasons, dan game life simulation lainnya.

Ada alasan menarik mengapa MassHive Media menjadikan dokter sebagai tokoh utama sekaligus tema untuk Potion Permit yang dibuatnya. Co-founder MassHive Media, Andika Pradana, mengaku terinspirasi oleh mantan pacarnya, yang kala itu berprofesi sebagai dokter.

Andika menilai profesi dokter adalah pekerjaan yang mulia. Namun pendidikan yang harus ditempuh tidaklah mudah, mengingat butuh waktu lebih dari empat tahun untuk bisa lulus menjadi seorang dokter.

Sebagai penyemangat untuk mantan pacarnya, Andika memutuskan mengangkat peran dokter melalui game Potion Permit.

"Sebenarnya saya terinspirasi dari, boleh dibilang, mantan saya. Soalnya mantan saya itu dulu memang dokter," kata Andika kepada kumparan, Kamis (1/8) lalu.

Ingin menunjukkan bahwa pahlawan tidak selalu mengenakan baju besi atau menggunakan pedang; terkadang, pahlawan adalah yang memberikan dukungan dan bisa menyembuhkan.- Andika Pradana, Co-Founder MassHive Media -
Anggia Lestari dan Andika Pradana, pendiri MassHive Media. Foto: Apple
Anggia Lestari dan Andika Pradana, pendiri MassHive Media. Foto: Apple

Jalan Panjang Pembuatan Game Potion Permit

Potion Permit sendiri mulai dikembangkan Andika bersama kakaknya yang ikut mendirikan MassHive Media, Anggia Lestari, pada pertengahan 2018. Butuh waktu empat tahun untuk bisa menyempurnakan hingga akhirnya resmi dirilis perdana di berbagai platform game.

Perjalanan membuat Potion Permit tidak melulu berjalan mulus. MassHive Media mengalami sejumlah tantangan, salah satunya pandemi COVID-19 yang sempat membuat pengembangan game terhambat karena transisi dari work form office (WFO) ke work from home (WFH) membatasi gerak tim dalam bekerja.

Potion Permit pun bisa dibilang proyek eksperimental bagi MassHive Media, yang biasa menciptakan game bergenre RPG (role-playing game). Dengan keterbatasan kapabilitas tim, mereka berusaha menciptakan sesuatu yang baru, sebuah game bergenre life simulation tanpa elemen bercocok tanam yang biasanya saling berkaitan satu sama lain.

"Kita mau bikin game farming yang tidak ada farming-nya. Tidak ada business model atau game produk lain yang mungkin bisa dijadikan reference," tambah Andika, yang jenuh dengan maraknya game farming di pasar dan melihat peluang dari kejenuhan itu.

"Jadi otomatis semua yang kita implement itu harus trial dan error, dan basically kita sendiri yang harus ngerti ke mana, nih, arah produknya, karena tidak bisa mencontoh game lain."

Seiring berjalannya proses pengembangan yang maju-mundur dan perbaikan sistem, akhirnya Potion Permit diluncurkan di konsol game PlayStation 4 dan 5, Xbox One dan Xbox Series X/S, Nintendo Switch, serta PC Windows dan Mac pada September 2022. Versi mobile-nya menyusul hampir dua tahun kemudian, rilis di iOS dan Android pada Februari 2024.

Saat ini, Potion Permit memiliki total 500 ribuan pemain per Maret 2024, yang tersebar di PC dan konsol. Nintendo Switch jadi platform paling dominan untuk gamer memainkan Potion Permit.

Menariknya, mayoritas pemain Potion Permit justru berasal dari Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Sementara itu, sedikit gamer Indonesia yang memainkan game terbitan publisher PQube tersebut.

"Untuk Indonesia yang PC dan konsol, sepengetahuan saya, mungkin di bawah satu persen. Jadi, memang angkanya sangat kecil," aku Andika.

Game Potion Permit buatan MassHive Media, pengembang game asal Bandung, Indonesia. Foto: Apple
Game Potion Permit buatan MassHive Media, pengembang game asal Bandung, Indonesia. Foto: Apple

Raih Penghargaan Here's to the Dreamers dari Apple

Meski sudah resmi diluncurkan dan sukses di pasaran, bukan berarti Potion Permit langsung ditinggalkan begitu saja oleh MassHive Media. Mereka masih akan terus fokus mengurus game ini menjadi lebih baik lagi.

Andika dan tim masih memiliki rencana untuk memberikan patch terbaru berupa perbaikan bug di Potion Permit. Bukan tidak mungkin mereka juga akan mengeluarkan konten tambahan (downloadable content/DLC) yang bakal menghadirkan fitur hingga cerita baru di dalam game.

Konsisten dalam menyempurnakan Potion Permit ini mendapat perhatian dari Apple. Berkat dedikasi MassHive Media yang sudah berkecimpung di industri game selama 10 tahun, Apple mengganjarnya dengan penghargaan Here's to the Dreamers.

Here's to the Dreamers merupakan penghargaan kepada para talenta luar biasa di Asia Tenggara yang berani meninggalkan jejak di dunia dengan visi yang unik. Mereka dinilai telah menantang norma dengan semangat, kreativitas, dan tekad tak kenal lelah, memiliki kisah sukses yang dapat menginspirasi semua orang agar mulai mewujudkan impiannya sendiri.

Talenta ini tidak terbatas pada pengembang aplikasi saja. Kreator dan seniman yang telah melahirkan karyanya di App Store, Apple Music, dan Apple TV juga berkesempatan meraih penghargaan Here's to the Dreamers.

Potion Permit karya MassHive Media asal Bandung, Indonesia, menjadi salah satu peraih Here's to the Dreamers, penghargaan yang sudah memasuki tahun kedua. Selain MassHive Media, ada Tyme Suteesopon and Sirin (Nanny) Thamakaison asal Thailand yang menciptakan aplikasi WithU, Pham Duy Phuc dan Tran Tuan Hiep asal Vietnam, yang mengembangkan game DreamChaser, serta Joan Low, CEO dan founder ThoughFull, yang membuat aplikasi ThoughtFull Chat.

"Saya sangat senang, ya, dan juga sangat bersyukur dapat kesempatan di-highlight Apple," ucap Andika.

Media files:
01j4vkxnz4qe57545djy1rmb6c.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar