Nov 11th 2023, 07:15, by Moh Fajri, kumparanBISNIS
Para pemimpin maskapai di Asia Pasifik sepakat mempercepat transisi energi terbarukan dalam operasional hingga memprioritaskan keselamatan penerbangan. Kesepakatan tersebut diambil saat Association of Asia Pacific Airlines (AAPA) atau pertemuan maskapai penerbangan se-Asia Pasifik di Singapura pada 9 sampai 10 November 2023.
Para pemimpin AAPA berjanji untuk bekerja sama mengupayakan target pemanfaatan bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) sebesar 5 persen pada 2030. Mereka menyadari penggunaan bahan bakar tersebut bisa mengurangi emisi CO2 di penerbangan internasional.
Direktur Jenderal AAPA, Subhas Menon, mengungkapkan seiring pulihnya lalu lintas global pascapandemi, sektor transportasi udara tetap berkomitmen kuat untuk mengatasi jejak karbon dalam jangka panjang, dengan menerapkan tujuan aspirasi global yaitu nol emisi CO2 pada 2050. AAPA menyerukan kepada pemerintah, produsen bahan bakar, bandara, dan organisasi industri lainnya berkumpul secara global untuk mempercepat transisi ke energi terbarukan dan mendorong perjalanan industri menuju netralitas karbon.
"Kerangka kerja global yang harmonis yang memungkinkan pasokan SAF yang hemat biaya sangat penting bagi sektor penerbangan untuk mencapai tujuan nol emisi pada tahun 2050," kata Menon di Hotel Mandarin Oriental Singapura, Jumat (10/11).
Menon mengharapkan dukungan pemerintah terkait penggunaan energi terbarukan tersebut. Produsen bahan bakar juga diminta untuk merencanakan peningkatan kapasitas produksi dari bahan bakar yang ramah lingkungan. Menon menegaskan langkah itu penting dilakukan untuk mengejar target zero emisi 2050.
"SAF sangat penting dan diinginkan oleh industri penerbangan. Selain itu, produksi SAF mewakili pertumbuhan dan peluang pendapatan baru bagi negara-negara serta industri limbah, pertanian, dan bahan bakar, secara global. Kebijakan pemerintah untuk mendorong produksi dan penggunaan SAF di mana pun di dunia diperlukan untuk melakukan transisi menuju industri penerbangan internasional yang ramah lingkungan," ujar Menon.
AAPA juga sepakat membuat resolusi mengenai keselamatan penerbangan. Mereka akan bekerja sama dengan International Civil Aviation Organization (ICAO) dan regulator nasional terkait untuk secara aktif meningkatkan budaya keselamatan di berbagai bidang, terutama di wilayah dengan medan, visibilitas, dan tantangan cuaca situasional. Inisiatif tersebut dapat mencakup program pelatihan dan pendidikan, pelaporan dan investigasi, berbagi pengetahuan, dan penerapan teknologi maju.
Resolusi ketiga yaitu menyerukan pemerintah untuk menghindari penerapan tindakan sepihak terhadap maskapai penerbangan yang akan berdampak tidak proporsional pada operasi, mempengaruhi konektivitas secara keseluruhan, dan keandalan jadwal. Pemerintah perlu mempertimbangkan dampak ekonomi secara keseluruhan dari penerapan peraturan yang akan meningkatkan beban operasional dan biaya pada maskapai penerbangan, khususnya dalam keadaan di luar kendali maskapai penerbangan.
"Pandemi ini menyoroti sifat sistem penerbangan global yang kompleks dan saling bergantung. Keberlanjutan, keselamatan penerbangan, dan perjalanan lintas batas memerlukan pembuatan peraturan dan koordinasi yang selaras secara global. Tindakan regulasi yang bersifat unilateral atau terfokus pada kepentingan internal dapat mengakibatkan konsekuensi yang tidak diinginkan pada bidang penerbangan yang lebih luas sistem di luar batas negara," ungkap Menon.
"AAPA berharap dapat bekerja sama dengan pemerintah dan pemangku kepentingan industri lainnya, untuk mempercepat pasokan bahan bakar penerbangan berkelanjutan yang memadai dan hemat biaya serta memperkuat standar keselamatan, keberlanjutan, dan layanan industri yang sangat baik," tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar