Mar 14th 2023, 15:36, by Andreas Gerry Tuwo, kumparanNEWS
Pertemuan the 9th Australia-Indonesia Ministerial Council Meeting (MCM) digelar di Melbourne, Australia. Isu terorisme dibahas pada pertemuan tersebut.
Pada pertemuan itu delegasi Indonesia dipimpin Menko Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD. Sedangkan Australia diwakili Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keamanan Siber Australia, Clare O'Neil.
Mahfud mengatakan terorisme masih menjadi ancaman laten, baik yang bermotif ideologi, politik, dan konflik horizontal. Oleh sebab itu, Mahfud membutuhkan kerja sama Australia di berbagai tingkatan demi mengatasi masalah tersebut.
"Di kawasan Asia Tenggara, terorisme dan radikalisme masih akan menjadi ancaman serius. Berbagai kelompok teror afiliasi ISIS dan Al Qaeda yang tetap berpotensi mengganggu stabilitas Kawasan," ucap Mahfud dalam keterangan pers Kemenko Polhukam.
Masalah lain yang jadi perhatian termasuk foreign terrorist fighters (FTF), radikalisasi online, radikalisasi perempuan dan generasi muda, serta perkembangan upaya penanggulangan terorisme dan ekstremisme berbasis kekerasan.
"Proses radikalisasi melalui media sosial/internet perlu diberikan perhatian yang lebih besar mengingat sebagian besar serangan teror yang dilakukan oleh pelaku tunggal (lone wolf), sebagian besar pelakunya menjadi korban dari proses radikalisasi melalui media sosial/internet," ujar Mahfud.
Ia menyampaikan kepada O'Neil, bahwa kedua negara telah berkolaborasi dengan baik dalam upaya penanggulangan terorisme dan ekstremisme berbasis kekerasan melalui berbagai mekanisme kerja sama, baik di tingkat bilateral, regional, maupun multilateral.
Khusus di tingkat kerja sama sub-kawasan, Indonesia-Australia memimpin bersama pertemuan Sub-Regional Meeting on Counter- Terrorism and Transnational Security (SRM) di tingkat menteri, dan pertemuan Senior Official Counter-Terrorism Policy Forum (SOCTPF) di tingkat pejabat senior. Negara peserta SRM adalah Indonesia, Australia, Brunei Darussalam, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand.
Pertemuan SOCTPF pertama pada 2021 dan pertemuan ke-2 pada 2022 telah menghasilkan dokumen outcome bagi upaya penanggulangan terorisme dan ekstremisme kekerasan, utamanya dokumen high-level principles terkait pelindungan anak yang terasosiasi terorisme dan ekstremisme berbasis kekerasan.
"Saya sangat mengapresiasi outcome ini, dan saya harap hasil dari pertemuan SOCTPF tersebut dapat disetujui dan diakui oleh perwakilan menteri dan pejabat tinggi negara-negara sub- kawasan pada pertemuan Sub-Regional Meeting yang akan kita laksanakan tanggal 16 Maret mendatang," ujar Mahfud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar