Search This Blog

Cerita Guru Muda Alami Nyeri Sendi di Leher sampai Gak Bisa Nengok

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Cerita Guru Muda Alami Nyeri Sendi di Leher sampai Gak Bisa Nengok
Oct 22nd 2023, 10:01, by Habib Allbi Ferdian, kumparanSAINS

Ilustrasi nyeri leher.   Foto: Prostock-studio/Shutterstock.
Ilustrasi nyeri leher. Foto: Prostock-studio/Shutterstock.

Namanya Ginanjar Saepul Roy, seorang guru berusia 37 tahun, yang kerap mengalami nyeri sendi di leher bagian belakang. Kalau lagi kambuh, kepalanya sampai gak bisa nengok. Nyeri sendi di leher itu terkadang mengganggu aktivitasnya selama beberapa tahun terakhir.

Roy adalah guru di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat. Sudah 14 tahun dia diberi tugas untuk mencerdaskan anak bangsa. Namun, selain mengajar, Roy juga merangkap menjadi operator sekolah.

Dua tugas ini ternyata cukup menguras tenaganya. Apalagi kalau pekerjaan sedang padat, Roy bisa berjam-jam kerja di depan laptop untuk mengurus administrasi guru kelas, input data siswa, hingga dana BOS.

Aktivitas yang cukup berat ini membuat tubuhnya terkadang tak bisa diajak kerja sama. Roy bilang, saat bekerja di depan laptop dalam waktu cukup lama, lehernya suka tiba-tiba terasa nyeri dan berat. Rasa nyeri ini menjalar ke punggung hingga pinggul, rasanya pegal dan sedikit demam.

"Yang paling sering (sakit) itu bagian tengkuk leher. Kalau di bagian leher itu pasti suka nyeri, terus kadang-kadang juga di bagian pinggang, punggung, juga terasa nyeri. Kalau lainnya di kaki, tapi jarang," kata Roy kepada kumparanSAINS.

Roy (tengah), penderita nyeri sendi leher saat bekerja di sekolah.  Foto: Dok. Istimewa
Roy (tengah), penderita nyeri sendi leher saat bekerja di sekolah. Foto: Dok. Istimewa

Kalau nyeri sendinya kambuh, satu-satunya cara mengatasinya adalah dengan menyudahi pekerjaan dan beristirahat, atau meminta seseorang untuk memijat bagian yang sakit.

Pijat menggunakan minyak angin, kata Roy, adalah obat paling ampuh untuk mengusir nyeri sendi. Meski, untuk menghilangkan nyeri tersebut dibutuhkan waktu cukup lama, jadi tidak instan.

"Biasanya diistirahatkan atau juga dipijat, seringnya dipijat. Kalau minum obat, itu jarang sih. Soalnya masih bingung obatnya apa," katanya.

Selain aktivitas berat, nyeri leher yang dialami Roy terkadang kambuh saat baru bangun tidur. Ironisnya, nyeri leher ini bisa berlangsung seharian dan terasa sangat sakit. Roy mengaku belum pernah mencoba pergi ke dokter untuk berkonsultasi. Selama nyeri bisa diatasi dengan cara dipijat atau istirahat, Roy merasa aman.

Roy menduga, nyeri sendi yang dialaminya karena beberapa faktor. Pertama, dia jarang olahraga. Kedua, Roy sering duduk berjam-jam menatap layar laptop tanpa istirahat cukup.

Hal yang sama dialami oleh Arif, seorang karyawan swasta di salah satu perusahaan di Jakarta. Bedanya, kalau Roy di leher, Arif nyeri sendi di bagian dengkul. Arif mengaku, tiga tahun terakhir dengkulnya mulai terasa sakit, apalagi kalau lagi ngejar kereta di Manggarai untuk transit.

"Kalau lagi ngejar kereta, itu dengkul sakit banget. Pas di Manggarai apalagi. Sakit ngilu kayak nyeri. Entah kenapa. Mau ke dokter takut didiagnosis. Gak minum obat apa-apa cuma dilurusin aja terus sama dipijat-pijat ringan," kata Arif.

Padahal, usia Arif baru menginjak 30-an. Arif juga jarang berolahraga karena dia pikir dengan lari dan jalan setiap hari untuk transit kereta, sudah cukup membuat tubuhnya berolahraga ringan.

"Dulu cuma cape saja pegal kaki gak sampai nyeri. Tapi kalau sekarang itu kayak ngilu. Apalagi kalau berdiri lama di kereta dan padet-padetan," katanya.

Sampai saat ini Arif belum berniat untuk pergi ke dokter. Dia bilang, selama nyeri dengkul bisa diatasi, Arif menganggap dia hanya kelelahan biasa dan memilih untuk beristirahat sampai nyeri mereda.

Nyeri sendi kata dokter

Menurut dr. Erick Wonggokusuma, Sp.OT., dokter spesialis orthopedi dan traumatologi di RS Eka Hospital, nyeri sendi memang tidak hanya dialami oleh lansia, tapi orang dewasa produktif juga bisa.

Nyeri sendi adalah perasaan tidak nyaman yang terjadi di pusat-pusat pergerakan atau sendi dari tubuh. Pada dasarnya, manusia punya banyak sendi di tubuhnya, mulai dari leher hingga ujung kaki.

Penyebab nyeri sendi ini beragam, yang paling sering karena pengapuran. Ini terjadi ketika orang memasuki usia lanjut. Nyeri sendi juga bisa disebabkan oleh infeksi, salah satunya adalah penyakit TBC dan tumor. Terkadang penyakit metabolisme juga bisa menyebabkan nyeri sendi.

dr. Erick Wonggokusuma, Sp.OT Foto: Dok. Istimewa
dr. Erick Wonggokusuma, Sp.OT Foto: Dok. Istimewa

dr. Erick bilang, perkembangan zaman dan teknologi yang semakin berkembang bisa sangat memengaruhi gaya hidup manusia, terutama dalam bekerja. Gaya hidup yang kurang sehat di era modern ini bisa meningkatkan risiko terkena nyeri sendi.

"Di mana di zaman dulu, orang lebih banyak bergerak saat bekerja. Sekarang kemajuan internet media sosial, jenis pekerjaan pun banyak yang berubah menggunakan teknologi yang menyebabkan penduduk usia muda cenderung lebih jarang bergerak dalam melakukan pekerjaannya," ujar dr. Erick kepada kumparanSAINS, Jumat (20/10).

Penyebab nyeri sendi pada dewasa muda bisa dikategorikan dalam dua hal: nyeri sendi akibat cedera, dan nyeri sendi akibat non-cedera. Nyeri sendi karena cedera biasanya disebabkan oleh berbagai hal, seperti cedera olahraga, cedera karena kecelakaan, keseleo dan lain-lain.

Namun, yang sering menjadi masalah adalah nyeri sendi yang bukan berasal dari cedera, melainkan disebabkan oleh faktor lain, seperti kurang bergerak dan olahraga sehingga membuat sendi kaku karena cairan sinovial berkurang. Sendi kaku juga bisa disebabkan karena duduk terlalu lama akibat bekerja yang tak kenal waktu.

"Semenjak covid, pekerjaan itu sering kali gak putus karena dulu kita bisa rapat, ada jamnya. Sekarang karena ada zoom, WA, itu seolah-olah pekerjaan itu tidak kenal waktu dan ruang lagi," papar dr. Erick.

Ditambah gaya hidup yang tidak baik seperti merokok, minum minuman beralkohol, dan makanan tinggi lemak dan gula, bisa meningkatkan risiko nyeri sendi.

Faktor ketiga adalah stres kerja. Stres bisa membuat otot menjadi tegang, sendi-sendi menjadi kaku, dan meningkatkan zat-zat radang di dalam tubuh karena perubahan hormon stres saat bekerja.

Jadi menurut saya penyebab nyeri sendi pada dewasa muda, itu cenderung lebih kompleks daripada nyeri sendi yang terjadi pada usia lebih lanjut." - dr. Erick Wonggokusuma, Sp.OT., dokter spesialis orthopedi dan traumatologi di RS Eka Hospital -

Tips menangani nyeri sendi

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan jika seseorang mengalami nyeri sendi. Berikut caranya:

  • Saat nyeri sendi, hal pertama yang harus dilakukan adalah beristirahat.

  • Jika sendi meradang, kompres bagian yang nyeri menggunakan es.

  • Gunakan alat bantu untuk meredakan nyeri sendi, salah satunya daker.

  • Bagian yang sakit sebaiknya diangkat ke atas atau ada dalam posisi lebih tinggi supaya aliran darah naik.

  • Segera pergi ke dokter jika nyeri sendi tak kunjung sembuh selama berhari-hari.

Ilustrasi nyeri sendi di usia muda. Foto: voronaman/Shutterstock
Ilustrasi nyeri sendi di usia muda. Foto: voronaman/Shutterstock

Tips terhindar dari nyeri sendi

Nyeri sendi yang dialami Roy bisa jadi karena berbagai faktor, salah satunya duduk dalam waktu lama dan jarang olahraga, atau konsumsi makanan dan gaya hidup yang kurang sehat. dr. Erick menyarankan beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghindari nyeri sendi. Berikut caranya:

  • Atur ritme kerja: Saat bekerja di depan laptop, sebaiknya orang tersebut bergerak atau melakukan peregangan otot setiap dua jam sekali, seperti pergi ke toilet atau salat untuk meregangkan otot dan sendi yang kaku.

  • Olahraga teratur seperti berenang atau stretching itu sangat membantu untuk mencegah nyeri sendi.

  • Kelola stres atau melakukan stres management seperti meditasi, healing dan mengatur napas saat bekerja.

  • Hindari gaya hidup sehat seperti hindari merokok, junk food, minuman beralkohol, dan makanan tinggi gula.

"Kalau penyakitnya sudah berat, mengganggu pekerjaan dan aktivitas sehari-hari ada, baiknya konsul ke profesional, ke tenaga kesehatan untuk gejalanya, dan mencegah hal-hal buruk serta berlarut-larut terjadi," papar dr. Erick.

Media files:
01hd85cnha75svd2dkxs557tzf.jpg (image/jpeg)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts