Sep 19th 2023, 09:21, by Pandangan Jogja Com, Pandangan Jogja
Sumbu Filosofi Yogyakarta resmi ditetapkan sebagai world heritage atau warisan budaya dunia oleh UNESCO melalui Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia UNESCO di Riyadh, Arab Saudi, pada Senin (18/9) malam.
Sumbu Filosofi Yogyakarta yang dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO bertajuk lengkap The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks, diakui sebagai warisan budaya dunia karena dinilai memiliki arti penting secara universal.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono, dalam sambutan yang disampaikan Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, mengatakan bahwa penetapan Sumbu Filosofi sebagai warisan budaya dunia ini merupakan penghargaan yang luar biasa untuk sebuah mahakarya Sri Sultan Hamengku Buwono I atau Pangeran Mangkubumi, yang merancang Sumbu Filosofi tersebut pada awal berdirinya Kasultanan Yogyakarta.
Dia berharap, penetapan ini dapat menjadi ajang pembelajaran bersama tentang nilai-nilai yang diperlukan untuk mewujudkan dunia baru yang lebih baik di masa depan.
"Kami berharap penetapan ini dapat dijadikan ajang pembelajaran bersama akan nilai-nilai universal yang diperlukan, untuk menciptakan dunia baru yang lebih baik di masa depan," kata Sri Sultan HB X diwakili KGPAA Paku Alam X, Senin (18/9).
"Nilai luhur ini dapat menjadi inspirasi dan referensi untuk mewujudkan dunia yang lebih baik," lanjutnya.
Sementara itu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi, Dr. Abdul Aziz Ahmad, selaku ketua delegasi pemerintah Indonesia pada sidang tersebut, menyampaikan terima kasih kepada Komisi Warisan Dunia UNESCO yang telah menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta untuk dicantumkan dalam Daftar Warisan Dunia (World Heritage List).
"Kami merasa terhormat dapat menyumbangkan mutiara ini ke dalam Daftar Warisan Dunia, yang merupakan perpaduan indah antara warisan budaya benda dan takbenda," kata Abdul Aziz.
Sebagai informasi, konsep tata ruang yang kemudian dikenal sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta dicetuskan pertama kali oleh Raja Pertama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Pangeran Mangkubumi, pada abad ke-18. Konsep tata ruang ini dibuat berdasarkan konsepsi Jawa dan berbentuk struktur jalan lurus yang membentang antara Panggung Krapyak di sebelah selatan, Keraton Yogyakarta, dan Tugu Yogyakarta di sebelah utara.
Struktur jalan tersebut berikut beberapa kawasan di sekelilingnya memiliki simbolisme filosofis sebagai perwujudan falsafah Jawa tentang keberadaan manusia yang meliputi daur hidup manusia (Sangkan Paraning Dumadi), kehidupan harmonis antarmanusia, dan antara manusia dengan alam (Hamemayu Hayuning Bawana), hubungan antara manusia dan Sang Pencipta serta antara pemimpin dan rakyatnya (Manunggaling Kawula Gusti), serta dunia mikrokosmik dan makrokosmik.
Beragam tradisi dan praktik budaya Jawa, baik dalam pemerintahan, hukum adat, seni, sastra, festival, dan ritual, sampai saat ini masih dilakukan di sekitar kawasan Sumbu Filosofi.
"Ini juga merupakan bukti akan peradaban Jawa dan tradisi budayanya yang masih terus dilestarikan sampai sekarang," kata Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi.
Proses pengajuan Sumbu Filosofi Yogya sebagai warisan budaya dunia ke UNESCO sudah dilakukan sejak tahun 2014. Saat ini, Sumbu Filosofi Yogya menjadi warisan budaya dunia keenam yang ada di Indonesia.
Beberapa situs di Indonesia yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO di antaranya adalah Candi Borobudur (1991), Candi Prambanan (1991), Situs Sangiran (1996), Subak Bali (2012), serta Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto (2019).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar